Foto : Kegiatan Pengrajin Lontar Oleh Ibu-ibu Rumah Tangga di Desa Santong Kecamatan Terara |
Lombok Timur,
Selaparangnews.com -
Lontar dalam nama ilmiah Borassus flabellifer Linn adalah salah satu jenis Palma
atau Arecaceae yang banyak tumbuh terutama di daerah kering. Di Indonesia,
lontar banyak ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan.
Tumbuhan
lontar ini disebut sebagai pohon dengan 800 kegunaan karena hampir semua
hasilnya dapat digunakan. Salah satu Produk utama lontar adalah nira yang
didapatkan dari sadapan bunga, yang bisa diminum langsung atau diolah jadi gula
atau diberi ragi dalam waktu singkat menjadi tuak. Anggur putih lontar dapat
diubah melalui penyulingan menjadi etanol. Produk samping lontar juga dapat
dirubah menjadi bahan kerajinan, misalnya keranjang, sikat, ember, topi, dan
kesetan.
Pemanfaatan
dari lontar ini banyak digunakan oleh para ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa
Santong Kecamatan Terara sebagai salah satu mata pencaharian. Lontar ini
disulap menjadi beberapa benda berharga seperti topi koboi, jeraken untuk
menaruh sirih dan sebagainya. Hasil dari karya kerajinan ini banyak digunakan
untuk penahan panas, tempat menaruh sirih, tas serta sebagai oleh-oleh bagi
wisatawan.
Bagi
masyarakat yang ada di Desa Santong dan Suradadi, kerajinan lontar ini dimanfaatkan
oleh sebagian ibu-ibu rumah tangga sebagai mata pencaharian utama.
Salah
seorang pengerajin, Rauhun mengatakan dia sudah 12 tahun menganyam lontar.
Lontar tersebut dibuat menjadi topi koboi aneka ukuran dan warna.
"Saya
sudah 12 Tahun menekuni kerajinan ini dan alhamdulillah kerajinan ini sangat
membantu perekonomian saya, " paparnya kepada awak media saat
diwawancarai. Jum’at, 17/07/2020
Harga
jual dari kerajinan ini dapat dijual secara bijian atau kelompok dimana
masing-masing harga bergantung pada ukuran, kerumitan dan model produknya
‘’
Jika topi ukurannya besar dijual dengan harga 6.000 rupiah sedangkan untuk yang
kecil dijual dengan harga 5.000 rupiah perbijinya, namun jika ingin membeli
secara banyak maka dihitung 1 kudi (20 biji) sebesar 40.000 rupiah, ‘’tambahnya.
Untuk
kebutuhan produk, lontar banyak dipasok dari Daerah Bima dan biasanya
didatangkan 1 kali dalam sebulan dalam partai banyak.
"Disini
kita sudah punya langganan sebagai pemasok bahan lontar, biasanya 1 bulan
sekali lontar didatangkan dari daerah Bima, " lanjutnya.
Meskipun
ini merupakan mata pencaharian utama, namun sejauh ini para pengrajin belum
mendapatkan pembinaan dari para stakeholder seperti Pemerintah Desa dan pihak Bank.
Alasan yang sering mereka dapatkan adalah belum mencukupi syarat untuk
mendapatkan Kredit Bank.
"Kami
belum dapat sentuhan apa-apa dari Pemdes dan Bank karena usaha kami menurut
mereka masih kecil dan tidak mencakup banyak kelompok " tutupnya (SN.02)