Foto: Puluhan Mahasiswa dari berbagai elemen organsiasi yang tergabung dalam Aliansi IAIH Gawat Darurat Gelar Aksi Damai dengan Berorasi di depan Kantor Rektorat Kampus |
Lombok Timur, Selaparangnews.com - Lantaran merasa tuntunannya diabaikan, puluhan
mahasiswa-mahasiswi Institute Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) NW Pancor yang
tergabung dalam Aliansi IAIH Gawat Darurat menggelar aksi damai di depan kantor
Rektorat Kampus.
Ketua
Aliansi IAIH NW Pancor Gawat Darurat, Zulkifli mengatakan, Aksi yang dilakukan
itu merupakan tindak lanjut dari audiensi yang sudah dilakukan dengan pihak
kampus. Menurutnya, dua kali melakukan audiensi, kampus tetap tidak merespon
tuntutan mereka untuk mengurangi biaya semester di masa Pandemi.
Lanjut
Zulkifli, dia bersama semua elemen mahasiswa yang tergabung dalam aliansi itu
telah melakukan dua kali audiensi dengan Wakil Rektor 1, 2 dan 3. Tapi hanya
Warek 3 yang menanggapinya.
"Warek
3 menjanjikan bahwa tuntutan kami itu akan dibahas dulu dengan pemangku
kebijakan yang lain, di mana hari ini adalah batasnya. Dalam rangka mengawal
janji dan mengetahui hasil rapat itulah kami berorasi hari ini" ungkapnya.
Sabtu (04/07/2020).
Mengenai
tuntutannya itu, Zulkifli menuturkan, persoalan utama yang menjadi atensinya
ialah Surat Edaran (SE) kampus tentang keringanan SPP bagi Mahasiswa sebanyak
Rp. 200. 000 dan juga peniadaan denda selama masa Pandemi Covid-19 hingga 30
Juli.
"Biaya
SPP Mahasiswa itu kan dipotong Rp. 300. 000 di mana, Rp. 200. 000 untuk
Mahasiswa dan Rp. 100. 000 bagi dosen," jelasnya.
Namun,
Zukifli selaku ketua Aliansi menolak adanya pemberian bagi dosen itu. Pasalnya,
selama masa Pandemi Covid-19 dosen tidak pernah mengisi kuliah online.
Wakil
Rektor 3, H. Ahyan ketika dimintai
keterangan mengenai aksi itu mengatakan, sebenarnya apa yang diminta oleh
mahasiswa itu sudah ditanggapi oleh kampus untuk mengurangi biaya semester
genap sebanyak Rp. 200. 000.
Akan
tetapi, lanjutnya, mahasiswa tersebut kembali menuntut supaya dikurangi lagi
sebanyak Rp. 100. 000. "Dalam rangka itulah mereka melakukan orasi hari
ini" jelasnya.
Dia
menceritakan bahwa pada awalnya kampus memutuskan untuk memotong biaya SPP itu
sebanyak Rp. 100. 000, tapi setelah dirundingkan pada saat rapat, maka
nominalnya ditambah menjadi Rp. 200. 000.
Dirinya
juga heran dengan tuntutan susulan mahasiswa itu, apalagi dengan dalih bahwa
dosen tidak pernah mengajar. "Harusnya mereka memperjuangkan gaji dosen,
bukan malah meminta jatah dosen dicabut" tuturnya.
Dan
terhadap tuntutannya mahasiswa yang terakhir itu, dia mengaku belum berani
memberikan keputusan, karena itu harus melalui keputusan Rektor.
"Insyaallah hari Senin kita akan rapat dengan Rektor, nanti tergantung apa
keputusan Rektor maka itulah yang akan kita lakukan" tutupnya.
Ahyan
juga membantah dirinya telah mengabulkan tuntutan mahasiswa itu ketika
melakukan audiensi beberapa hari lalu. Yang dilakukan pada waktu itu ialah
menandatangani penerimaan surat tuntutan dari mahasiswa, bukan mengabulkan
tuntutan mahasiswa itu.
"Kan
ada keterangannya saya tulis di sana. Lagipula untuk memutuskan itu kan harus
melalui rapat pimpinan" tutupnya. (SN-05)