Foto: Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Selong
Lombok Timur,
Selaparangnews.com
– Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru di Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Selong, Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur
telah selesai per Kamis 23 Juli minggu lalu.
Wakil
Kepala Sekolah SMAN 2 Selong Bidang Kesiswaan, Zainul Muttaqin S. Pd.
menyampaikan bahwa kegiatan MPLS itu dilakukan secara luring (luar
jaringan/Offline) mengingat belum adanya surat pemberhentian MPLS tatap muka
dari pemerintah Provinsi.
“Sebelum
surat itu turun, kami sudah selesai melakukan MPLS,” jelasnya. Rabu
(29/07/2020).
Meskipun
dilakukan secara luring, Zainul Muttaqin mengaku mekanisme MPLS itu dilakukan
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Karena itu, peserta didik
baru SMAN 2 Selong yang megikuti MPLS
dibagi menjadi tiga kelompok, di mana tiap kelompok terdiri dari 100 orang.
Zainul
Muttaqin melanjutkan, pada tahun ajaran 2020/2021 ini, SMAN 2 Selong
mendapatkan murid sebanyak 336 orang yang dibagi ke dalam 10 kelas: 6 kelas
untuk jurusan IPA dan 4 kelas untuk jurusan IPS. “Cuma dua jurusan itu yang ada
di SMAN 2 Selong,” tambahnya.
Saat
ini, lanjutnya, proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sudah mulai dilakukan
secara daring (dalam jaringan), meskipun masih perlu dilakukan evaluasi. Apa
sebab? karena banyak di antara peserta didik yang masih terkendala dalam proses
menerima pembelajaran secara daring tersebut.
Dia
menyebutkan, kendala utama yang dihadapi
oleh siswa-siswi SMAN 2 Selong dalam
proses KBM secara Daring itu ialah pada kemampuan orang tua peserta didik untuk
memfasilitasi anaknya untuk bisa mengakses proses pembelajaran. “Dalam hal ini,
misalnya adalah kuota internet” imbuhnya.
Ketika
ditanya apakah tidak ada subsidi kuota dari sekolah, Zainul Muttaqin menjawab
bahwa hal itu sebenarnya sudah dilakukan pada tahun ajaran sebelumnya, yakni
pada semester genap. Namun untuk semester ganjil di tahun ajaran baru ini belum
dilakukan. Karena masih ada persoalan yang belum selesai dibicarakan yaitu
mengenai masa pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan masa belajar
siswa yang tidak sama.
“Kalau
dana BOS itu kan keluar setiap triwulan, sementara pembelajaran dilakukan
setiap pekan, jangan-jangan proses pembelajaran sudah berlangsung tapi dana BOS
belum keluar,” ucapnya.
Dia
mengaku sangat mendukung hal semacam itu. Bahkan dia berharap media ikut
menggaungkan hal itu demi kelancaran proses KBM. Dia berharap teman-teman pers
menyuarakan itu hingga ke tingkat Kementerian supaya dana BOS bisa difokuskan
untuk membiayai KBM secara daring, baik untuk membayai guru maupun peserta
didiknya.
“Itulah
permasalahan kita, bahkan mungkin di seluruh Indonesia. Makanya keluhan itu
jadi topik pembahasan di ILC (Indonesian Lawyer Club) tadi malam,”ungkap Zainul
Muttaqin sembari mengatakan bahwa di
SMAN 2 Selong saja yang bisa dikatakan perkotaan masih menyimpan persoalan
apalagi di pedesaan.
Sementara
itu, Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Selong Bidang Kurikulum Hilmi Setiahati
menyampaikan bahwa bagi siswa yang memilki fasilitas, mereka mengikuti proses
belajar melalui aplikasi Google Classroom, “Sementara bagi peserta didik yang
tidak punya fasilitas, seperti handphone, maka kami memberikan tugas secara
luring” jelasnya.
Dia
mengaku bahwa sebelum melakukan proses pembelajaran melalui aplikasi Google
Classroom para guru di sana sudah megikuti pelatihan. Karena itu dia yakin
proses belajar menggunakan aplikasi tersebut akan berjalan dengan lancar.
“Untuk
jadwal, per hari itu kita buat 3 mata pelajaran. Dan untuk tugas kita minta Bapak Ibu guru
memberikan waktu selama 1,5 jam” tutupnya. (SN-05)