Foto: Aliansi Mahasiswa Bergerak Universitas Hamzanwadi Pancor Sebelum Keluar Meninggalkan Ruang Audiensi |
Lombok Timur, Selaparangnews.com – Rencana audiensi yang digagas oleh sejumlah Mahasiswa Universitas Hamzanwadi Pancor bersama pihak kampus menuai kegagalan. Pasalnya, sejumlah mahasiswa yang menamai diri Aliansi Gerakan Mahasiswa (Marak) itu terpaksa membubarkan diri setelah keinginannya untuk memimpin audiensi ditolak oleh pihak kampus. Di samping itu juga karena pihak kampus menghadirkan orang-orang yang tidak memiliki kepentingan dalam audiensi tersebut.
Ketua Aliansi Gerakan Mahasiswa Universitas Hamzanwadi Agus menyebutkan bahwa ada dua hal yang membuat mereka membubarkan diri, Pertama karena permintaan mereka untuk memandu jalanya audiensi ditolak oleh lembaga. Kedua, pihak lembaga justru menghadirkan para Dosen, Pembina dan UKM HMPS dalam audiensi tersebut. Sehingga mereka memilih untuk keluar dari ruangan (Walkout)
“Padahal kepentingan kami hanya bertemu dengan Wakil Rektor I, II dan III, karena itulah kami memilih keluar” ujarnya. Juma’at (10/07/2020).
Namun demikian, lanjut Agus, dia dan teman-temannya akan tetap menempuh cara itu untuk menyampaikan aspirasinya, hingga pihak kampus setuju dengan permintaan mereka untuk memberikan ruang bagi mahasiswa memandu jalannya audiensi. Dan untuk tindaklanjutnya, jika hal itu terus mengalami kegagalan, Agus mengaku belum berpikir untuk melakukan aksi. “kami memang tidak berpikir untuk melakukan aksi” kata dia.
Sementara itu, Wakil Rektor I, Dr. Khirjan Nahdi ketika dikonfirmasi via telpon menjelaskan alasannya tidak mau memberikan ruang bagi mahasiswa untuk memandu acara itu karena yang meminta penjelasan adalah mahasiswa itu sendiri. Oleh karena sebagai pihak yang akan menjelaskan maka sudah seharusnya mereka yang memandu agenda tersebut.
“Padahal kita sudah siapkan materi penjelasannya berdasarkan peraturan-peraturan di dalam pengelolaan manajemen pendidikan tinggi” tuturnya. Akan tetapi, lanjut Khirjan meskipun pihak kampus sebanyak tiga kali mengganti delegasi, namun mahasiswa tetap ngotot dengan pendiriannya. Sehingga dia selaku pimpinan mengambil keputusan untuk membiarkan mahasiswa itu bubar. “ya kalau begitu bubar saja, tidak apa-apa” tegasnya.
Oleh karenanya sambung Khirjan, mahasiswa tersebut tidak sempat menyampaikan tuntutannya, meskipun dia mengaku sudah tahu apa yang diinginkan oleh mahasiwa tersebut. “Ya belum, karena mereka tetap ngotot mau memandu acara atau bubar. Dan mereka kan bukan pihak manajemen, mereka kan yang kita kelola maka kitalah yang seharusnya memandu acara” bebernya.
Adapun terkait kehadiran para Dosen, Pembina dan UKM-HMPS dalam ruang audiensi itu, Khirjan mengatakan bahwa itu sudah sesuai dengan pihak-pihak yang terlibat dengan tuntutan mahasiswa tersebut.
Mengenai tuntutan mahasiwa itu, yakni meminta supaya biaya SPP dipotong sebanyak 50 persen, menurutnya merupakan hal yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh lembaga. “Yang perlu dipahami oleh adik-adik mahasiwa itu, kita ini kan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) dimana sumber dananya itu adalah investasi dari masyarakat dalam bentuk uang SPP itu” kata dia.
Tuntutan lainnya yang ditanggapi Khirjan ialah terkait rincian kenaikan SPP. Menurutnya kenaikan SPP itu sebenarnya bukan untuk mereka, melainkan bagi mahasiwa-mahasiswi baru. “Jadi, kalau sekarang mereka itu semester 3 atau 5 ya mereka tidak kena dengan kenaikan itu, kalau mereka mahasiswa lama maka yang digunakan adalah rincian biaya yang lama” jelasnya.
Terkait kemungkinan yang akan terjadi setelah gagalnya audiensi ini, seperti aksi dan demonstrasi menurutnya hal itu adalah hal yang yang tidak perlu dipermasalahkan. “Jika itu bagian dari cara mereka untuk menunjukkan eksistensi dan proses belajar, ya silakan saja” tutupnya. (SN-05)