Foto: Screenshot dari video amatir salah satu pendaki Bukit Savana Propok (2/8) diupload oleh akun youtube bernama ngeno ngene |
Lombok Timur, Selaparangnews.com – Beredarnya video para pendaki di
Bukti Savana Propok, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur yang melakukan aksi
joget bersama membuat jagat dunia maya heboh. “Itu terjadi pada malam minggu
(1/8) sekitar jam 21:00 WITA,” terang Chandra Susanto selaku pengelola Bukti
Savana Propok melalui jaringan telpon. Selasa, (04/08/2020)
Banyaknya komentar-komentar netizen yang bernada mengujat dan mencaci maki
para pendaki yang melakukan dugem pada malam tersebut sangat di sayangkan oleh
pihak pengelola. Chandra menjelaskan, hal seperti itu tidak sepatutnya
dilakukan di bukit, “Petugas kami dua orang sudah menegur, tapi tidak
diindahkan,” jelasnya.
Parahnya, pendaki yang melakukan aksi dugem tersebut sudah diingatkan oleh
petugas setempat, namun mendapat perlawanan oleh salah seorang pendaki.
Adapun jumlah standar orang yang melakukan pendakian ke Bukti Savana Propok
maksimal sebanyak 150 orang. Tragisnya, pada malam minggu tersebut hampir 500
orang lebih yang melakukan pendakian.
“Kita kewalahan karena jumlah pendaki yang membeludak pada hari itu,” ungkap
Chandra. Selain itu, dipintu registrasi yang resmi saat itu banyak pendaki
yang menerobos masuk dan pihak pengelola juga tidak bisa berbuat lebih banyak
karena jumlah petugas tidak sebanding dengan para pendaki yang membeludak
ingin masuk.
Dari pihak pengelola sendiri tetap mengingatkan pendaki sebelum naik ke bukit
agar tetap mentaati peraturan yang ada, “kami sudah breafing pendaki sebelum
naik,” tandas Chandra.
Terkait beredarnya informasi penutupan sementara pendakian ke Bukti Savana
Propok, ia menerangkan jika penutupan tersebut hanya inisiatif pengelola dan
pihak Balai TNGR untuk memperingati pendaki agar tidak mengulang perbuatan
yang sama. “Ini bukan penutupan resmi, hanya sebagai warning kepada pendaki
agar tidak seperti itu lagi,” jelasnya
Terpisah, salah satu pendaki yang ikut juga pada malam minggu tersebut
menungkapkan kekesalannya. “Kita mau menikmati alam, kok mereka malah buat
gaduh,” sindir Satrizal Azmi.
Menurut Azmi, perbuatan yang dilakukan oleh mayoritas pendaki pada malam
tersebut sangat tidak dibenarkan, sehingga pendaki yang murni menikmati
suasana alam, merasa tidak nyaman lagi di bukit. “Kalau bisa jangan meloloskan
pendaki yang bawa sound sistem ke atas bukit,” sarannya.
Dikonfirmasi via seluler, M. Rosadi Johari, S.Pd selaku Pecinta Alam Lombok
Timur juga sangat menyayangkan sikap para pendaki tersebut, “Itu sudah
melanggar etika ketika kita naik bukit,” tuturnya.
Namun ia juga tidak sependapat jika pihak pengelola hanya menyalahkan satu
orang saja, karena menurut informasi yang ia dapat dari salah seorang
perempuan inisial (IP) yang potonya viral di Medsos, saat itu rata-rata
pendaki laki-laki yang berjoget. “lalu kenapa harus mendeskriminasi perempuan
(IP),” terangnya.
Dalam hal ini, mantan ketua cabang Oasistala Lotim ini juga tidak menyalahkan
posisi perempuan yang viral dengan inisial (IP) tersebut. Akan tetapi lebih
dalam lagi, seharusnya netizen harus bijak dalam mengolah informasi sehingga
pihak yang dituduh tidak merasa terdzolimi.
“Jangan mengkambing hitamkan pengunjung, tapi pengelola juga harus bisa
memperketat regulasi sehingga tidak terjadi hal demikian lagi nantinya,”
ringkas Rosadi. (SN-06)