![]() |
Foto: Produk Pupuk Organik Cair, hasil karya Badri |
Dia adalah Badri, asal Dusun
Sukamulia, Desa Pohgading Timur, Kecamatan Pringgabaya. Dia pernah didaulat
menjadi salah satu Pemuda pelopor di Kabupaten Lombok Timur lantaran ASA
Green, sejenis pupuk organik cair yang ia ciptakan buah karyanya sendiri.
Saat ditemui media ini, Badri
menuturkan bagaimana proses yang ia jalani dalam menghasilkan buah karyanya
itu. Dia mengatakan telah memulainya sejak tahun 2010 silam, namun hasilnya
baru terlihat beberapa tahun kemudian. Artinya, hampir 10 tahun Badri bersabar
menjalani proses kreatif dalam menghasilkan karyanya itu.
Dia mengaku berkali-kali gagal
dalam uji coba pupuk cair yang ia buat itu, namun karena semangatnya lebih
besar dari kegagalan yang ia tuai, tidak menjadikannya patah semangat untuk
mencobanya lagi. Dan sekarang, semua orang bisa memanfaatkan jerih payahnya
itu, terutama bagi para petani, di mana Badri berasal.
“Untuk menciptakan pupuk organik
cair itu, berkali-kali saya lakukan uji coba dan terus gagal, walaupun begitu tetap
saya coba sampai berhasil” terangnya. Kamis, (13/08/2020).
Dan ternyata, kegagalan demi
kegagalan yang menghampirinya, rupanya berakibat fatal. Tak jarang ia menjadi
objek olok-olok dari rekan-rekannya. Tak jarang pula ia dianggap gila lantaran eksperiman tak jelas yang
dilakukan itu.
Pada tahun 2015 yang lalu dirinya sukses membuat pupuk organik dalam bentuk cair. Seketika, pupuk ciptaannya itu mendapat apresiasi dari masyarakat pada percobaan pertamanya.
Pada tahun 2015 yang lalu dirinya sukses membuat pupuk organik dalam bentuk cair. Seketika, pupuk ciptaannya itu mendapat apresiasi dari masyarakat pada percobaan pertamanya.
“Alhamdulillah 65 persen kerugian
petani bisa diminimalisir. Dan dari persentase itu para petani kadang bisa
meraup keuntungan 99 persen dari hasil tanamannya”, Ucapnya.
Keberhasilan Badri itu juga
sempat mendapat apresiasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tahun 2017
yang lalu. Ia berhasil memboyong piagam dengan mengantongi Juara 3 Pemuda
Pelopor di tingkat nasional dalam bidang
Inovasi Teknologi.
Tidak merasa puas, Badri terus
meningkatkan karyanya hingga tahun 2018. Dari inovasinya itu, ia berhasil
menciptakan produk keduanya, yaitu bubuk anti siput. Dengan keberhasilannya
pada produk kedua, Badri mulai disorot mata dunia. Percobaan pertamanya dilakukan
di Malaysia. Kala itu, ia melakukan percobaan pada pohon pisang.
Alhasil, negara Malaysia mengakui
produk Asa Green, karena mampu menghasilkan tanaman pisang berkualitas dengan
bobot yang lebih besar.
Atas keberhasilannya tersebut, ia
disarankan membuat izin di Indonesia untuk dapat memasarkan produknya hingga ke
luar negeri. Namun begitu, di negerinya sendiri, Badri bernasib apes. Sejak
2017 lalu ia mengurus izin, namun masih kesulitan mendapat izin dari Dinas
Perindustrian Provinsi NTB.
“Saya bingung, produk saya diakui
hingga luar negeri. Namun di negeri sendiri malah ditolak untuk beredar secara
resmi,” ucapnya.
Ia menuturkan, produk hasil
ciptaaannya ini dinamakan ASA Green. ASA ini merupakan singkatan Anak
Sukamulia Asli. Belakangan ini ASA sendiri merupakan wadah berkumpulnya
anak-anak muda kreatif dan inovatif.
Lewat komunitas ini, para anak muda yang tergabung dalam komunitas itu terus berinovasi. “Sampai sekarang” tutupnya. (SN.04)
Lewat komunitas ini, para anak muda yang tergabung dalam komunitas itu terus berinovasi. “Sampai sekarang” tutupnya. (SN.04)