Foto: ilustrasi |
Lombok Timur, Selaparangnews.com - Mahasiswa/i dari berbagai kampus di Nusa Tenggara Barat khususnya yang berada di Lombok, mengungkapkan isi hatinya terkait tentang proses pembelajaran dimasa pandemi Covid-19. “Sejauh ini sistem pembelajaran masih menggunakan daring/online,” kata Eva Wardiana, salah satu Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Jum’at, 28/8/2020.
Sejauh ini Mahasiswi semester tiga yang mengambil jurusan Perbankan Syari’ah ini mengungkapkan, jika tidak ada inovasi yang baru terkait dengan sistem pembelajaran di kampusnya. Meskipun begitu, Eva mengatakan sistem pembelajaran secara daring cukup efektif.
“Tapi saat pembahasan tentang materi yang disampaikan belum tentu bisa di fahami oleh semua orang,” ujarnya. Ia mengaku dalam waktu lima bulan ini, sering terkendala saat pembelajaran secara daring, karena sinyal internet terkadang mengalami gangguan di rumahnya.
Eva juga rata-rata mengeluarkan biaya quota internet sebesar 135 ribu perbulannya. “Mudah-mudahan pandemi Covid-19 cepat berakhir, agar aktivitas perkuliahan kembali normal,” harapnya.
M. Wiranata Akbar mahasiswa yang berasal dari kampus Universitas Mataram (Unram) ini juga mengungkapkan bahwa, pembelajarannya selama kurun waktu enam bulan tekahir hanya menggunakan metode daring.
“Kami belajar melalui Via WhatsApp, Wag, Daring Unram Classroom, Google Meet, Zoom dan terkadang melalui streaming di Youtube,” detail Wiranata. Adapun pembelajaran secara daring dinilai olehnya belum ampuh sampai dengan saat ini.
Alasan dari mahasiswa semester tiga jurusan Agroekoteknologi ini, karena proses pembelajaran secara daring terdapat sebagian mahasiswa/i yang hanya absen kemudian tidak mengikuti proses pembelajaran. “Ada juga yang ketika diberikan soal oleh Dosen, mahasiswa/i tersebut mencari jawabannya di Google. Jadi otaknya kurang diasah,” sebut Wiranata.
Ia sendiri mengharapkan agar Covid-19 segera berlalu, agar kegiatan perkuliahan kembali produktif dan maksimal. “Untuk biaya quota kami sudah diberikan oleh kampus dalam waktu satu kali dalam dua bulan,” kata Wiranata. Kendati demikian, tak jarang ia menambah biaya quota sebesar 60 ribu perbulannya.
Begitu pula dengan Siti Mazwindani, salah satu mahasiswi yang berasal dari Institut Agama Islam Hamzanwadi Nahdlatul Wathan (IAIH NW) Pancor menerangkan, sampai dengan saat ini proses perkuliahan masih diliburkan.
“Kita masih dalam perekapan nilai, mengingat kemarin kita selesai semesteran,” terangnya. Dalam kacamatanya, proses pembelajaran secara daring yang dilakukan selama pandemi Covid-19 saat ini ia rasakan tidak efektif.
Hal itu dikarenakan karena tidak semua mahasiswa bisa membeli quota internetan, sebagaimana yang telah dianjurkan oleh pihak kampus. “Itu kendala utama kami,” kata mahasiswi yang saat ini masih semester tiga di prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).
Ia sendiri meminta agar kampusnya melakukan lompatan yang besar terkait dengan sistem pembelajaran, karena menurutnya masa pandemi Covid-19 juga salah satu faktor agar kampusnya bisa melakukan inovasi lebih nantinya.
Mahasiswi Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Lia Apriani menjelaskan, selama proses pembelajaran secara daring dalam kurun waktu tiga bulan kemarin. Dimasa adaptasi kebiasaan baru yang diterapkan oleh pemerintah membuat kampusnya melakukan hal yang beda.
Yang dimana sebelumnya perkuliahan dilakukan secara daring biasanya dilakukan tiga kali perminggu. “Pada masa new normal, kami kembali melakukan aktivitas pembelajaran secara tatap muka, dengan menerapkan protokol kesehatan,” imbuhnya.
Menurut Lia sendiri, sistem pembelajaran secara daring dirasa kurang efektif. Karena mahasiswa kurang memberikan perhatian pelajaran disaat Dosen sedang menjelaskan. “Standar pencapaian kurikulum kurang memuaskan dan juga biaya internet sangat membebani kami,” terang Mahasiswi yang saat ini semester tujuh jurusan Bahasa Inggris.
Lia juga mengatakan jika biaya quota perbulannya tergantung jumlah pemakaiannya. Megingat, quota tersebut juga bukan hanya dipakai sebagai fasilitas pembelajaran, akan juga dipakai sebagai hiburan dikala pandemi.
“Tentu harapannya, semoga pihak kampus memberikan keringanan biaya SPP perkuliahan ataupun menambahkan biaya quota pembelian perbulannya. Karena kami juga mempunya hak di fasilitasi oleh kampus,” tegas Lia. (SN-06)