Foto: Dr. Hasbi Santoso, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur |
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur, Dr. Hasbi Santoso menyampaikan jika kasus yang terjadi di Kota Mataram
itu menjadi pelajaran untuk Lombok Timur, oleh karna itu dirinya menjamin kasus
serupa tidak akan terjadi di Lotim, karena pihaknya telah mempersiapkan
kebijakan dan pelayanan khusus untuk pasien kebidanan.
"Belajar dari yang terjadi
di kota Mataram, di mana pasien itu tidak melakukan rapid test, kemudian
dirujuk sehingga rumah sakit tidak melakukan rapid test, saya hanya melihat
celah, ini yang mengakibatkan kematian bayi di kota," katanya Sabtu,
22/08/2020.
Lanjutnya, penanganan pasien di
rumah sakit memang saat ini diharuskan sesuai dengan SOP protokol Covid-19, dan
itu mengakibatkan terhambatnya pasien kebidanana yang justru bersifat darurat
dan mesti cepat tertangani.
"Memang pasien kebidanan
pasti dalam keadaan darurat, karena menyangkut dua nyawa dan rapid test secara
faktual sifatnya menghambat penanganan," paparnya.
Secara teknis, untuk menghindari
potensi terjadinya kasus serupa di Lotim. Dikes Lotim menjamin ketersediaan alat rapid test, dan menerapkan
pelayanan silang antara puskesmas dan rumah sakit.
"Rumah sakit kami suplai
rapid test dari Dinas Kesehatan, kami berikan semua kebutuhannya, rata-rata
250-350 per bulan, ini dilakukan di Lotim sejak awal, apabila pasien itu
dirujuk pada saat jam kerja, maka dia harus rapid test di puskesmas, jika
diluar jam kerja maka itu kewajiban rumah sakit, karena puskemas tidak memiliki
tenaga laboratorium di luar jam kerja," jelasnya.
Terkait dengan SOP pelayanan
pasien kebidanan, apakah telah baku atau tidak, Dr. Hasbi memastikan akan
memberikan standar khusus dan bersifat
taktis, untuk mempercepat pelayanan.
Dirinya mengakui jika masalah
yang ada sudah dikomunikasikan dengan pimpinan, dan akan membuat terobosan
khusus untuk pasien kebidanan. “memang masih ada masalah, tapi kami sudah lapor
pimpinan. Kami akan membuat terobosan, pasien kebidanan tidak dirapid test"
tutupnya. (SN.04)