Foto: Ketua Cabang PMII Mataram Saat Menyampaikan Sambutan |
Diskusi tersebut menghadirkan narasumber
diantaranya Nauvar F Farinduan, Anggota DPRD Provinsi NTB dari fraksi Gerindra,
Helmi Kwarta Kusuma, Ditresnarkoba Polda NTB,
dan Hamdan Kasim, Ketua KNPI NTB
serta beberapa alumni PMII.
Sementara peserta diskusi adalah
mahasiswa dari perguruan tinggi di Kota Mataram, pengurus PMII. KAHMI, HMI,
KNPI dan organisasi lainnya.
Ketua Cabang PMII, Mataram Herman
Jayadi mengatakan bahwa musibah pandemi
Covid -19 ini tidak menjadi kendala untuk bicara tentang pemuda dan nasib
bangsa untuk menjadi Indonesia maju dan unggul.
"Membangun SDM melalui
organisasi pemuda sangat membantu bangsa ini. Pemuda dibangun dan dibentuk
melalui organisasi kepemudaan," katanya dalam sambutan saat membuka
diskusi.
Lanjutnya, menciptakan SDM unggul
dan maju, pemuda harus terhindar dari narkoba karena narkoba sangat berbahaya
bagi generasi. "Kita sepakat no narkoba, yes prestasi. Pemuda berprestasi
dan bebas dari narkoba," imbuhnya.
Helmi Kwarta Kusuma Ditresnarkoba
Polda NTB dalam sambutannya mengatakan
bahwa tidak ada bangsa maju dan hebat
jika di landasi dengan narkoba.
Tidak ada produk narkoba akan
bertahan lama, narkoba di jamin akan membunuh kualitas sumber daya manusia.
"Ketika SDM unggul musnah, negara akan hilang," katanya.
"Berdasarkan data narkoba
Polda NTB jumlah kasus sekitar 322 kasus, 441 tersangka, 9,57 kg ganja yang di
amankan," sambungnya.
Iapun menyampaikan
kekhawatirannya bahwa usia yang banyak terpapar narkoba rata-rata umur di bawah
40 tahun . "Ini usia emas, yang terpapar narkoba," cetusnya.
Anggota DPRD Provinsi NTB Nauvar
F. Farinduan mengatakan, mahasiswa wajib menjadi garda terdepan bersama
memberantas narkoba. "Kita sepakat narkoba merusak generasi bangsa,"
katanya.
Menurutnya, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) NTB belum beranjak dari peringkat 29 dari 34 provinsi di
Indonesia. Peringkat sama seperti tahun
2018 lalu. NTB masih menghuni papan bawah klasemen bersama NTT, Papua, Papua
Barat, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.
Dikatakannya, tiga komponen itu
terdiri dari dimensi kesehatan, pendidikan hingga hidup layak. Ketiga komponen
tersebut menjadi penyokong utama pertumbuhan IPM. Umur Harapan Hidup (UHH)
meningkat menjadi 66,28 tahun.
“Indikator ini meningkat 0,41
poin, jika dibandingkan 2018 yang mencapai 65,55 tahun,” ucapnya.
Selain UHH, Harapan Lama Sekolah
(HLS) menjadi komponen kedua yang mengalami peningkatan yakni, meningkat 13,48
tahun atau meningkat 0,01 poin dibandingkan 2018.
Sedangkan Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) meningkat menjadi 7,27 tahun. Nilai ini meningkat 0,24 poin
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pengeluaran per kapita per tahun
bertambah menjadi Rp 10,64 juta per orang/tahun.
“Indikator ini meningkat Rp 356
ribu dibandingkan 2018. Tugas pemuda hari untuk bersama melakukan
perubahan," tandasnya. (SN-Red)