Foto: H. M. Juaini Taofik, Sekretaris Daerah Lombok Timur saat memberikan sambutan pada acara launching program Echo Green secara virtual |
Jakarta, Selaparangnews.com - Launching program Echo Green yang
dilaksanakan pada hari ini (16/10) secara virtual melalui Zoom Meeting memberikan angin segar bagi petani muda dan perempuan
di Indonesia, terlebih khusus lagi di wilayah Kabupaten Lombok Timur Nusa
Tenggara Barat.
Program Echo Green tersebut
didanai oleh Uni Eropa yang merupakan proyek konsorsium dengan Yayasan Penabulu
sebagai Koordinator Konsorsium Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK), serta ICCO
Cooperation dan Konsili LSM Indonesia sebagai anggota konsorsium.
"Kami di Kabupaten Lombok
Timur sangat mengapresiasi program Echo Green ini, karena di Daerah kami sektor
pertanian juga menjadi salah satu prioritas pengembangan ke depannya,"
ujar H. M. Juaini Taofik, Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur saat
memberikan sambutan secara virtual. Jum'at, 16/10/2020.
Taofik melanjutkan, Sektor
pertanian memang masih menjadi prioritas di Lombok Timur yang berdampak
langsung baik ke tingkat Nasional, Daerah, ataupun Desa. Adapun sektor
pertanian di Lotim menyumbangkan 28% dari total Produk Domsetik Regional Bruto.
Di Lombok Timur sendiri,
sambungnya, wilayah Kecamatan yang menjadi garapan program itu nantinya berada
di Kecamatan Sembalun, Kecamatan Suela dan Kecamatan Sambelia. Karena wilayah
tersebut menjadi salah satu penghasil pertanian terbesar di Kabupaten Lombok
Timur.
Karena itulah menurut Taofik, perempuan
dan generasi muda di Desa memang harus dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin
agar meningkatkan nilai tumbuh pada sektor pertanian. Tentunya hal itu dapat
diwujudkan jika kapasitas atau kualitas dari petani ditingkatkan.
Ke depannya, kata Taofik,
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur akan mengupayakan langkah untuk bersinergi
dengan seluruh stakeholder dan elemen masyarakat yang terlibat dalam program Echo Green tersebut.
“Sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Lotim tahun 2018 sampai dengan 2023,
pada misi ketiga yakni mengembangkan perekonomian yang bertumpu pada potensi
lokal di bidang pertanian, kelautan, pariwisata dan kehutanan” paparnya.
Pada prinsipnya, susul Taofik, program
apapun bentuknya selalu membutuhkan tim kerjasama yang baik dengan seluruh
elemen masyarakat. Oleh sebab itulah, ia mengajak masyarakat Lombok Timur untuk
bergotong royong membangun bersama apapun bentuk program yang baik yang
dikembangkan pemerintah, tak terkecuali program Echo Green itu.
"Alone we can do so little,
together we can do so much (sendirian kita bisa berbuat sedikit, bersama-sama
kita bisa berbuat banyak)," pesan Taofik.
Pada kesempatan tersebut, juga
ikut dihadiri oleh Direktur Eksekutif Penabulu Konsorsium Echo Green Eko
Komara, yang pada sambutannya menjelaskan bahwa Echo Green merupakan program
pendorong ekonomi yang hijau pada sektor perekonomi yang berkelanjutan.
"Ini sebagai wujud nyata
untuk menumbuhkan inovasi pertanian oleh kelompok muda dan perempuan,"
sebutnya.
Dalam pandangannya, Eko menyebut
partisipasi pemuda dan perempuan harus dioptimalkan untuk membantu ketahanan
pangan. Terlebih lagi, tujuan dari Echo Green yakni salah satunya untuk
memberantas kemiskinan secara permanen.
Sementara itu, dari Kementerian
Desa dan Transmigrasi RI sangat mendukung program dari Echo Green. Sebab, hal
itu salah satu yang menjadi instrumen ketahanan pangan melalui gerakan pemuda.
"Kemendes menjadi bagian
yang mensupport gerakan peningkatan peran pemuda dan perempuan pada sistem
pertanian berkelanjutan yang ada di Desa," tandas Sammy Leroy Uguy,
Direktur Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Kementerian
Desa dan Transmigrasi.
Pemuda dan perempuan kata Sammy
pada program ini harus ikut serta bertanggungjawab untuk kegiatan pertanian
global. Nantinya pada setiap penguatan ketahanan pangan, pembangunan Desa, dan
pengolahan masa panen dibutuhkan inovasi yang kreatif dari pemuda.
"Yang tentunya peran
tersebut nantinya melalui keputusan desa yang didalamnya harus ikut serta juga
pemuda dan perempuan," tuturnya.
Di lain tempat, Direktur Pangan
dan Pertanian Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan dan
Pembangunan Nasional RI Anang Noegroho Setyo, memberikan apresiasi yang tinggi
kepada penggagas program Echo Green.
"Program ini harus
memberikan dampak dan solusi karena para petani kita semkain menua,"
ucapnya
Hal itu ia utarakan karena
melihat kondisi dibeberapa wilayah Indonesia saat ini yang pada sektor
pertanian mulai sedikit mengalami pergeseran tren. Untuk itulah, program Echo
Green ia harapkan bisa memberikan solusi sistem yang jitu untuk ketahanan
pangan.
"Ketahanan pangan kita saat
ini membutuhkan sistem yang baik, dan semoga program ini juga menjadi salah
satu solusi nantinya," Harap Anang. (fgr)