Foto: Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh warga Dusun Ekas, Desa Ekas Buana, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur menolak pembangunan penginapan dan restauran apung oleh PT. Adventure |
Lombok Timur, Selaparangnews.com – Aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh warga Dusun Ekas, Desa Ekas Buana, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten
Lombok Timur pada Kamis, 05 November 2020 Kemarin diduga dipicu oleh penolakan
warga sekitar atas rencana PT. Adventure untuk membangun penginapan dan
restauran apung di sana.
Muhammad Saleh, salah satu warga di sekitar Dusun Ekas, Desa
Ekas Buana, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur menuturkan keresahannya terkait
rencana investor yang akan membangun 200
penginapan dan restauran apung di pantai Ekas tersebut. Tak hanya itu, Ia juga
menyampaikan keresahannya atas ketidak jelasan skema relokasi yang akan
dilakukan jika nantinya rumah warga tersebut dipindahkan.
Mendengar rencana tersebut, dengan
spontan, warga melakukan aksi demonstrasi, karena tidak setuju dengan
adanya bangunan restauran dan penginapan apung oleh pihak investor tersebut karena hal itu akan mengancam mata pencaharian warga sekitar.
"Aksi itu kemarin sebenarnya gara-gara ada investor
yang akan membangun 200 penginapan dan restauran apung di laut, yang di mana
laut itu merupakan salah satu tempat warga mencari ikan," tandasnya.
Menurut Saleh, jika pembangunan itu benar-benar dilakukan,
maka akan berdampak pada lokasi mata pencaharian warga. Karena dengan
dibangunnya 200 penginapan dan restauran apung itu, tentu akan menutupi lautan
Ekas.
Ia melanjutkan,sebagaimana rencana Pemerintah Kabupaten Lotim untuk merelokasi rumah warga yang berada di sekitar bibir
pantai Ekas tersebut.. Namun, lanjutnya, ada satu hal yang menjadi persoalan bagi warga
sekitar yakni jenis rumah warga yang permanen dan tidak permanen akan diganti
dengan jenis rumah yang sama.
Menurutnya, dengan model relokasi seperti itu, hal itu akan
menimbulkan rasa ketidakadilan pada warga yang direlokasi. Itulah yang
kemudian, menjadi landasan utama warga merasa keberatan dengan pembangunan
restoran dan penginapan apung tersebut.
"Keresahan warga itu karena belum mengetahui kejelasan
dari model ganti rugi itu," ungkap Saleh kepada SN ketika ditemui di kediamannya.
Jum'at, 6/11/2020.
Ia mengatakan, jumlah rumah warga yang terkena imbas dari
pembangunan itu sekitar 30 rumah. Yang sampai dengan saat ini, masih belum
menerima kejelasan terkait skema relokasi.
Selain itu, terkait dengan aksi yang dilakukan kemarin pada
(5/11) oleh warga, kata Saleh itu merupakan aksi spontanitas yang tanpa
sepengetahuan dari pihak Desa ataupun pemerintah setempat.
"Mengenai aksi yang kemarin itu, warga melakukannya
dengan spontan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya," jelasnya.
Terpisah, Kepala Desa Ekas Buana Ahmad Nursandi,
menceritakan kronologis kejadian aksi demonstrasi yang dilakukan oleh warga sekitar
Ekas.
Awalnya, ia mengatakan bahwa terkait dengan relokasi rumah
warga tersebut, sebetulnya merupakan program dari Pemerintah Daerah Lotim untuk
menata Pantai Ekas setelah proses sosialisasi pada sebelumnya.
Namun, lanjutnya, asumsi yang berkembang di telinga warga
yakni seakan-akan relokasi tersebut ada intervensi dari pihak Investor yang
bernama PT. Adventure. Itulah yang tidak dikehendaki oleh warga sekitar, yang
terkena imbas dari relokasi tersebut.
Ia menyebut bahwasanya memang dalam beberapa hari tekahir
banyak pejabat yang berdatangan, baik dari eksekutif maupun legislatif.
Ketika kemarin kedatangan dirjen pariwisata, kata Nursandi
secara kebetulan pihak dari investor yaitu PT. Adventure ternyata juga datang
pada acara itu.
"Ibu Y inisal (pihak investor dari PT. Adventure) itu
ternyata datang kemarin, itu yang membuat warga geram dan melakukan aksi secara
spontanitas," jelasnya.
Warga menolak kedatangan pihak investor tersebut bukan tanpa
alasan, lanjut Nursandi, warga yang merasa keberatan beralasan bahwa investor tersebut akan membangun 200 unit penginapan dan restauran apung di atas laut, yang notabenenya laut
itulah sebagai garapan warga sekitar memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sejauh ini ia membenarkan jika 30 rumah warga yang akan
direlokasi, akan tetapi data tersebut nantinya akan di tinjau ulang untuk
falidasi. Adapun luas lahan yang disiapkan oleh Pemda untuk relokasi rumah
warga sekitar 1 hektar.
"Luas lahan tempat relokasi warga sudah dipersiapkan oleh pemda sekitar 1 hektar," kata Nursandi. (fgr)