![]() |
Oleh: Topan Ali Hidayat* |
Opini - Pandemi Covid-19 merupakan virus berbahaya yang
menular dengan cepat melalui kontak langsung seperti jabat tangan atau bersalaman,
selain itu juga dapat menular secara tidak langsung melalui perputaran uang
yang sangat cepat. Virus corona pertakali muncul di Wuhan Tiongkok China pada
akhir Desember 2019.
Pandemi Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia
sejak awal Januari 2020 sebagaimana sudah yang diungkapkan oleh Pandu Riono selaku pakar epidemologi
Universitas Indonesia (UI) dalam diskusi daring bertajuk "mobilitas
penduduk dan covid-19: implikasi sosial ekonomi dan politik" pada senin 4
Maret 2020. Kasus Covid-19 di Indonesia
per tanggal 19 November 2020 berjumlah 478.720 positif, sembuh sebanyak
402.347 jiwa, dan meninggal dunia sebanyak 15.503 jiwa.
Maka dari itu berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah guna menekan lonjakan kasus Covid-19, diantaranya dengan menghimbau
agar masyarakat menghindari kerumunan, menggunakan masker ketika hendak keluar
rumah, mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer sesudah melakukan
aktivitas di luar rumah atapun memegang benda seperti uang dan benda lainnya
yang ada dilingkungan sekitar.
Perayaan maulid merupakan suatu kebiasaan yang
dilakukan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Namun sejak pandemi
Covid-19 ini menyebar ke Indonesia dan bahkan dunia, membuat sendi-sendi
kehidupan manusia seperti terhadap sosial, politik, ekonomi, dan kebiasaan masyarakat
menjadi berubah. Seperti kebiasaan masyarakat memperingkati Maulid Nabi
Muhammad SAW.
Dalam perayaan maulid Nabi selalu dilakukan di setiap
tahunnya pada tanggal 12 Rabiul Awal dengan antusias dan meriah. Contohnya masyarakat
muslim di pancor Muhajirin Lombok Timur pada umumnya merayakan Maulid Nabi
dengan membaca shalawat nabi bersama dan melakukan pengajian yang di akhiri
dengan acara makan bersama, makanan ini diperoleh dari setiap rumah di kampung
Muhajirin yang diharuskan untuk menyediakan makan menggunakan dulang atau dalam bahasa Indonesia
disebut dengan baki.
Dalam perayaan maulid ini biasanya mengundang tokoh
agama dari kampung-kampung sebelah. Selain
itu juga terdapat lomba-lomba seperti lomba adzan, pidato agama, fashion show
yang mengenakan baju muslim, menghafal surat pendek Al-Qur'an untuk anak SD dan
lain-lain sebagainya. Namun pada saat Pandemi Covid-19, masyarakat Muhajirin
merayakan maulid dengan sederhana tidak semeriah yang dilakukan pada tahun-tahun
sebelumnya.
Perayaan Maulid Nabi pada tahun 2020 ini hanya
dihadiri oleh masyarakat yang ada di kampung Muhajirin dengan mengikuti
protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah seperti menggunakan
masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dan suhu tubuh diukur
menggunkan alat termometer atau biasa di sebun dengan thermogun.
Mata lomba yang diselenggarakan juga lebih sedikit
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya hal ini dikarenakan orang yang mengikuti
lomba tidak sebanyak tahun sebelumnya, orang-orang lebih lebih memilih berdiam
dirumah untuk menghindari kerumunan di bandingkan mengikuti lomba yang sudah di
siapkan oleh panitia perayaan Maulid. Selain itu juga terdapa faktor lain
seperti masyarakat sudah terbiasa dengan
aktifitas yang di lakukan didalam rumah
bersama keluarga masing-masing
Perayaan
Maulid di Desa Masbagik kecamatan Masbagik sebagaimana yang di ungkapkan oleh
Putra Alif Jaya kusuma selaku warga kampung disana bahwa dalam perayaan
Maulidnya hanya melakukan lomba melukis di tembok rumah betemakan covid-19
sebagai pengganti perayaan Maulid Nabi yang biasanya di lakukan secara meriah
ditahun sebelumnya.
Dari uraian di atas sudah menunjukkan bahwa Covid-19
telah merubah kebiasaan masyarakat di dalam penyelenggaraan atau perayaan
Maulid Nabi. Secara sosiologis perubahan ini merupakan perubahan sosial. Dalam
buku Perubahan Sosial (2018) karya
Joan Hesti Gita Purwangsih dan Sri Muhammad Kusumantoro, perubahan sosial
merupakan suatu variasi cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan
kondisi geografis, kebudayaan, komposisi penduduk, ideology maupun adanya
penemuan baru dalam masyarakat.
Dalam buku Pengantar
Ringkas Sosiologi (2020) karya Elly M. Setiadi bahwa teori siklus
menggambarkan perubahan sosial bagaikan roda yang sedang berputar. Maksudnya
adalah perputaran zaman merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakan oleh
siapapun dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun
Semoga kedepannya Covid-19 cepat menghilang agar
tidak kehidupan masyarakat dapat berjalan normal kembali. Mari taati protokol kesehatan yang telah dibuat
oleh pemerintah agar penyebaran Covid-19
dapat berkurang dan tidak menyebar lebih luas lagi. Karena kita sebagai
masyarakat berperan penting dalam pencegahan penularan maupun penyebaran virus
Covid-19 di NTB maupun Indonesia.
Referensi
corona.ntbprov.go.id
*Mahasiswa Sosiologi Universitas Mataram