Foto: Purni Susanto, Kepala Seksi Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB |
Mataram, Selaparangnews.com – Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yakni Kabupaten Lombok Timur
dan Kota Bima yang terilih sebagai Pilot
Project pelaksanaan Sekolah Pengerak sudah bisa memulai program itu.
Kepala Seksi Kurikulum Sekolah
Menengah Atas (SMA) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB,
Purni Susanto mengatakan, setelah dilaunching beberapa waktu lalu, maka dua kabupaten tersebut sudah
bisa melaksanakan program sekolah penggerak itu.
"Setelah launching kemarin
sudah bisa dimulai di kabupaten Lotim dan kota bima" ungkapnya. Selasa,
02/02/2021.
Dia menjelaskan bahwa sekolah
penggerak itu adalah sekolah yang roda aktivitasnya lebih banyak berpusat pada
pembelajaran, implementasi kurikulum yang relevan dengan kebutuhan peserta
didik, serta kegiatannya bertumpu pada upaya untuk mendorong perserta didik
menjadi orang-orang hebat.
"Tentu para guru dituntut
untuk menjadi pribadi yang penuh kreativitas, inovatif. Dan kepala sekolahnya juga harus penuh
dedikasi serta melakukan perbaikan proses pembelajaran tiada henti,"
tuturnya.
Dalam proses pelaksanaan Sekolah
Penggerak itu, lanjutnya, Kepada Sekolah dapat memprioritaskannya dalam proses
penganggaran. Karena pada umumnya, upaya untuk mensukseskan pembelajaran inovasi,
Guru juga perlu mempunyai kesempatan yang cukup untuk berinteraksi dengan
peserta didik dan mendapatkan layanan pendidikan yang maksimal sesuai kebutuhan
individualnya.
"Saya sepakat dengan Mas Menteri
(Mendikbud –red) agar Kepala Sekolah rajin melakukan observasi ke kelas-kelas
untuk mendapatkan umpan balik yang riil terkait pembelajaran di dalam kelas,” tandasnya.
Oleh karena itu, kata dia, tentu
kepala sekolah juga bisa meluangkan waktu di sela-sela tugas lainnya untuk
melakukan Kunjungan ke setiap kelas pada saat jam pelajaran berlangsung.
"Kepala sekolah bisa
berkeliling dengan membawa sejumlah instrument observasi, unutk melihat sejauh
mana tingkat keberhasilan pembejalaran di tiap kelas. Dari hasil observasinya
ini, kepala sekolah dapat memberikan pendampingan kepada para guru mengenai apa yang harus diperbaiki dalam
proses belajar selanjutnya," kata Purni Susanto.
Purni juga sepakat supaya para guru
saling bertukar pikiran dan bertukar pengalaman dalam mengajar, sebagai upaya untuk
menemukan solusi terbaik dalam mensukseskan proses pelaksanaan sekolah
penggerak tersebut.
"Saya juga sepakat bila para
guru sering bertukar fikiran untuk sharing pengalaman dan mencari solusi dari
masalah yang dihadapi di kelas," ujarnya.
Dia mengatakan, dalam pelaksaan Sekolah
Penggerak ini, Peserta didik harus menjadi prioritas dan tujuan utama dalam
pembelajaran.
Peserta didik, lanjutnya, juga bisa
mendapatkan pelayanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya agar mereka
tumbuh menjadi pelajar yang diharapkan sesuai profil pelajar pancasila.
"Terkait Sekolah Penggerak
ini, saya menjadi yakin bahwa Sekolah Penggerak ke depannya akan menjadi sekolah yang dapat
merealisasikan layanan belajar yang kreatif, inovatif, dan penuh dinamika, apalagi
sudah ada persetujuan dan endorsement dari Kemendagri dan DPR RI,” tutupnya. (Izi)