Lombok Timur, Selaparangnews.com – Sembalun telah menjadi destinasi wisata sejak tahun 1980-an dengan daya tarik alam serta adat dan tradisi yang terjaga, juga posisinya sebagai penghasil bawang putih nasional. Pengembangan Sembalun menjadi diskusi Bupati Lombok Timur H. M. Sukiman Azmy bersama Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Eskosistem (KSDAE) Wiratno untuk menyinergikan pengelolaan landscape ekosistem Rinjani. Diskusi berlangsung Senin 22 Februari 2021 di kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.
Bupati dalam diskusi tersebut
memaparkan rencana kongkrit pengembangan sembalun ke depan. Sembalun dipilih
karena kawasan ini berada di lingkar Rinjani yang terus menarik perhatian
dengan berbagai label seperti taman nasonal, global geopark, cagar biosfer, dan Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN). Berkembangnya pariwisata, selain berdampak positif seperti
meningkatkan jumlah wisatawan, juga menimbulkan dampak negative seperti
kerusakan lingkungan. Pemda Lombok Timur juga mengalami keterbatasan ruang
gerak dalam mengelola wisata Sembalun karena sebagian besar merupakan wilayah
BTNGR dan Provinsi NTB.
Dipaparkan Bupati, persoalan lain
yang timbul adalah pendapatan masyarakat dari sektor pariwisata yang dirasakan
belum merata atau hanya dinikmati orang tertentu, sementara lainnya hanya
menjadi penonton. Selain itu kontribusi untuk Pemda dari pariwisata yang
berkembang di Sembalun juga belum terlihat.
Karena itu Pemda Lombok Timur
mengajukan sejumlah solusi seperti menyusun master
plan terpadu sembalun oleh BTNGR dengan Provinsi. Peningkatan kerja sama
BTNGR, Pemda, dan masyarakat pelaku wisata untuk mendapat akses di kawasan yang
melibatkan semua stakeholder: desa, Pokdarwis, BUMDes, dan pelaku-penggiat
pariwisata juga menjadi usulan. Ditawarkan pula konsep one gate ticketing ke Rinjani untuk menarik retribusi. Sehingga
Pemda bisa mendapatkan peningkatan PAD dari kegiatan pendakian Rinjani,
termasuk pendakian ke bukit-bukit yang dikelola Provinsi seperti; Anak Dara,
Pergasingan, Nanggi, Selong, dan lainya. Untuk itu Pemda menganggarkan dana
Rp.1 M pembangunan sarana Prasarana pariwisata di sekitar Cemara Siu (loket
karcis) dilanjutkan dengan membangun transito atau rest area di sekitar lokasi tersebut yang akan menampung seluruh
wisatawan. Pemda Lotim juga berencana mengaspal jalan hotmix jalur tracking
sampai gerbang kawasan.
Diskusi tersebut menghasilkan Kesepakatan Bersama yang nantinya akandilanjutkan Perjanjian Kerja Sama dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Salah satu poin kesepakatan bersama tersebut adalah pembangunan rest area di luar Kawasan TNGR, yaitu di Desa Sembalun Bumbung dan Kawasan HGU Sembalun Kusuma Emas oleh Pemda Lotim. Diterapkannya konsep One Gate One Ticket di Cemara Siu di luar Kawasan TNGR sebagai konsep baru dalam pengembangan pariwisata yang terintegrasi dalam landscape ekosistem Sembalun.
Isi kesepakatan lainnya adalah
pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di sekitar TNGR pada sembilan
kecamatan Kabupaten Lombok Timur dengan pola pemanfaatan air dari dalam Kawasan
TNGR, dengan prinsip non komersial. Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan BTNGR
akan melakukan kajian perbaikan pipa air yang telah ada sebelumnya pada jalur
eksisting Sembalun. Kemitraan konservasi juga menjadi poin kesepakatan.
Kemitraan dapat dilakukan pada zona tradisonal seluas 400 Ha melalui pola
pemanfaatan HHBK, jasa lingkungan (wisata alam, air), dan pemulihan ekosistem.
Hadir dalam kesempatan tersebut
Kepala Balai TNGR beserta jajaran, Kepala OPD terkait, Camat Sembalun, serta
Kabag Kerjasama Setda Lotim. (Red)