Lombok Timur, Selaparangnews.com - Pernyataan Rusmala, salah satu pelaku wisata asal Sembalun, tentang pengelolaan dana hibah dari Kementerian Desa yang dimuat media selaparangnews.com belum lama ini, rupanya mendapat sorotan tajam dari Karang Taruna dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.
Ketua Karang Taruna Desa Sembalun, Yogi Prima Meigandi menilai bahwa Rusmala berkata demikian lantaran merasa tersaingi, sehingga Ia mengklaim dirinya pegiat wisata Desa Sembalun yang tidak setuju dengan pembangunan fasilitas Desa Wisata untuk masyarakat.
"Kami Heran dengan statemen pemilik Balenta Kopi itu, terkesan tidak mendukung pembangunan fasilitas Desa Wisata Sembalun. Padahal, sudah jelas dana hibah dari Kemendes itu untuk membangun fasilitas Wisata," ujarnya. Selasa, 25/05/2021.
Ia melanjutkan, Karang Taruna dan Pokdarwis Desa Sembalun jelas merasa kecewa dengan statemen Rusmala yang mengaku sebagai pelaku dan penggiat wisata tapi justru mendukung anggaran yang rencananya dikucurkan untuk mendukung beberapa item pembangunan fasilitas penunjang Desa Wisata senilai Rp. 600 juta dialihkan untuk pembangunan di Cemara Siu. Padahal, pembangunan di Cemara Siu jelas minim manfaat untuk masyarakat.
Jika memang benar merasa pelaku wisata, tegasnya, mestinya harus paham apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan di Desa Wisata tempat dia tingggal dan menjalankan bisnisnya itu agar tidak terkesan hanya sebagai penikmat kemajuan wisata saja.
"Kami tidak merasa selama ini saudara Rusmala sebagai tokoh muda visioner di bidang pariwisata seperti klaimnya itu," tegas Yogi.
Karena memang, kata dia, tidak ada yang pernah diperbuat terkait pengembangan kemajuan wisata khususnya di Desa Sembalun. "Setahu kami dia hanya berjualan kopi dan makanan," imbuhnya seraya mengatakan bahwa mereka hanya tahu bahwa Rusmala adalah seorang pedagang dan penikmat pariwisata.
"Jadi sangat lucu jika mengklaim diri sebagai tokoh pemuda penggiat wisata," tambahnya.
Saudara Rusamala, lanjutnya, dikenal sebagai pribadi yang individualis, tidak bermasyarakat dan terkesan hidup sendiri karena tidak mengindahkan orang di sekelilingnya.
Kata Yogi, hal itu disampaikan karena dalam kegiatan-kegiatan kemasayarakatan dan kepemudaan Rusmala tidak pernah ikut terlibat. "Jadi kami tidak terima jika dia berstatemen mengatasnamakan pemuda visioner," tandasnya.
"Kami juga keberatan dengan sebutan dan memakai istilah anjing yang berebut tulang terhadap orang-orang yang datang di kantor Desa Sembalun ketika membahas arah dan rencana penggunaan dana hibah senilai Rp. 600 juta tersebut," pungkasnya.
Ditambahkan Ketua Pokdarwis Desa Sembalun, Taiger Trawano bahwa yang datang saat musyawarah Desa itu adalah para tokoh Masayarakat, pelaku wisata, Karang Taruna, Pokdarwis, Kepala Dusun, Perangkat Desa, BPD dan BKD.
Masing-masing dari mereka mengeluarkan ide dan gagasan terkait pembangunanan Desa Wisata dalam rangka mempercepat kesejahteraan masyarakat, bukan membicarakan bagi-bagi kue seperti apa yang di sampaikan orang yang mengakui dirinya tokoh pemuda visioner tersebut.
"Beginilah kalau orang yang kurang bermasyarakat, tidak tau apa yang dibicarakan dan di rencanakan oleh Desa dan segenap masyarakat karena jarang bergaul dengan orang banyak, ketusnya.
Dia, lanjut Taiger, hanya folus memikirkan bisnisnya saja karena memang fokus berdagang. "Sebenarnya ini kami anggap sangat lucu dan prihatin dengan statemen miring dari orang yang tidak tau apa-apa, tapi merasa hebat padahal hanya hebat berdagang bukan membangun masyarakat," sindirnya.
Taiger mempersilahkan Rusmala untuk berbangga atas kesuksesanya membangun bisnisnya. Namun, sambungnya, bukan berarti dia paham terkait pengembangan Desa wisata. Mestinya, kata Taiger, dia bersyukur, dengan semakin majunya wisata di Sembalun maka akan semakin banyak yang belanja di warungnya.
"Kami tidak melihat ada kepentingan personal yang dikedepankan ketika pemdes melakukan musyawarah bersama unsur Pemuda, BPD dan Tokoh Masyarat yang membahas rencana alokasi anggaran hibah tersebut," sergah Taiger seraya menjelaskan bahwa justru pihaknya mencurigai Rusmala keberatan dengan rencana pembanguan kedai dan pusat oleh-oleh yang akan dikelola pemuda bersama BUMDes karena fasilitas tersebut dibangun tepat di depan warung makan Balenta.
"Kami menegaskan bahwa kami berpikir untuk kemajuan Desa yang tentunya dapat berdampak kepada kemajuan ekonomi Masayarakat dan pemuda. Apa yang dituduhkan oleh saudara Rusmala itu ngawur dan asal bicara karena memang dia tidak tahu apa-apa," tegasnya.
Dia menyarankan Rusmala untuk fokus mengurus bisnisnya sebagai orang yang e menikmati kemajuan wisata sembalun. Taiger mengatakan untuk tidak perlu memaksa diri membicarakan apa yang tidak dimengerti, karena akan menunjukkan kebodohan sendir.
Selain mengkritik dan membantah habis statement Rusmala, Taiger juga memberi saran pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa supaya menjalankan tugas sesuai fungsinya yaitu mendampingi Desa sebagai penerima hibah.
"Jalankan saja tupoksinya, jangan malah bermain mau mengalihkan dana tersebut," pungkasnya.
Sebagai tambahan, statement lengkap Rusmala tersebut diposting oleh selaparangnews.com pada Jum'at, 21 Mei 2021, dengan judul: Pegiat Wisata Sembalun Tak Keberatan Pemkab Lotim Kelola Dana Hibah Kemendes. (SN)