Gambar Ilustrasi (Doc.Selaparangnews.com) |
Opini, Selaparangnews.com - Pada saat ini seluruh belahan Dunia sedang mengalami suatu bencana yang sangat mengintimidasi sendi kehidupan. Bencana dimaksud ialah Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini merupakan kumpulan virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini disebut Covid-19 (Corona Virus Disease) sehingga saat ini seluruh belahan dunia mau tidak mau harus mengalami pandemi Covid 19.
Infeksi Covid 19 pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, akhir Desember 2019 dan pada tahun 2021 Pandemi Covid-19 masih jauh dari kata selesai, hingga saat ini hampir 175 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi Covid 19 dan lebih dari 3,7 juta orang telah kehilangan nyawa. Virus ini menular dengan cepat dan menyebar ke wilayah lain di Cina dan sebagian besar negara di dunia ini, termasuk Indonesia. Pandemi Covid 19 ini benar-benar sangat memiliki dampak buruk di Negara Indonesia bagi seluruh aspek kehidupan manusia salah satunya pada aspek pendidikan.
Pemerintah Negara Indonesia untuk pertama kalinya mengumumkan terdapat dua kasus pasien Covid 19 pada bulan maret tahun 2020 lalu di kota Jakarta yang merupakan ibukota Negara Indonesia. Semenjak itu terdapat berbagai permasalahan yang mulai muncul dengan mengikuti meningkatnya angka korban yang terdampak virus Corona tersebut. Masalah-masalah tersebut muncul dari berbagai aspek kehidupan seperti pada aspek ekonomi, hukum, sosial, dan juga pendidikan.
Pada aspek pendidikan ini permasalahan yang muncul sangatlah beragam dan mulai menjadi-jadi. Seperti yang kita ketahui kualitas siswa dan juga mahasiswa sangat mempengaruhi masa depan bangsa karena merekalah yang akan melanjutkan generasi selanjutnya dan juga merupakan garda terdepan bangsa.
Apakah Pandemi Covid 19 menyebakan kualitas pendidikan menurun? Apakah kualitas pendidikan mempengaruhi kualitas siswa dan juga mahasiswa? Ini merupakan pertanyaan yang sangat perlu dijawab dan juga ditangani. Sebelum adanya pandemic Covid 19 ini pembelajaran dilakukan secara tatap muka (luring), akan tetapi setelah adanya pandemic Covid 19 ini system pembelajaran tatap muka tersebut tidak lagi berlaku seperti biasanya, pemerintah menerapkan kebijakan berupa Social Distancing atau pembatasan sosial selama dua minggu.
Pemerintah berharap dengan dilakukannya kebijakan Social Distancing tersebut dapat mengurangi penyebaran Virus Covid-19. Akan tetapi kenyataannya kebijakan tersebut tidak dapat memenuhi harapan pemerintah, sebaliknya jumlah korban terdampak virus Covid 19 terus bertambah, dengan bertambahnya jumlah korban, pemerintah akhirnya membuat keputusan untuk meliburkan seluruh pelajar mulai dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Meliburkan seluruh pelajar merupakan suatu kebijakan yang tidak mengatasi permasalahan yang ada, sehingga pemerintah terus memikirkan jalan keluar agar Pendidikan bisa terus berjalan di era Pandemi ini.
Pada pertengahan tahun 2020 akhirnya pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). System ini merupakan system pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan memanfaatkan internet yang mana seluruh pelajar maupun pengajar dapat melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah masing-masing melalui berbagai platfrom mulai dari aplikasi zoom, google meet, e- learning, e- student dan media pembelajaran lainnya.
Akan tetapi walaupun kebijakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat membantu mengurangi penyebaran Virus Covid-19 bukan berarti tidak ada permasalahan didalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak sekali permasalahan-permasalahan yang muncul baik itu yang dialami pelajar, pengajar, bahkan orang tua wali pelajar.
Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan suatu system yang mengharuskan seluruh pelajar dan juga pengajar membiasakan diri dengan konsep yang sangat berbeda jauh dengan system pembelajaran sebelumnya. Seluruh pelajar yang tadinya dapat belajar dengan tenang menjadi terganggu oleh beberapa hal yang sangat asing bagi beberapa dari mereka. Dalam melaksanakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) banyak sekali pelajar yang terkendala dalam pelaksanaannya bahkan diantara mereka memutuskan untuk putus belajar terutama di daerah pedesaan.
Di Negara Indonesia masih banyak sekali dapat kita jumpai beberapa desa yang sangat minim dan rendah tingkat pendapatan ekonominya serta tidak memiliki akses internet dengan kualitas baik yang mana seperti yang kita ketahui dalam melakukan daring pelajar maupun pengajar memerlukan akses internet yang memerlukan kuota internet dan juga gadget.
Selain permasalahan tersebut orang tua wali pelajar mau tidak mau juga harus ikut ambil andil untuk mendampingi sang anak khususnya bagi orang tua wali pelajar pada jenjang TK dan juga SD. dengan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dalam melakukannya perlu menggunakan teknologi canggih tidak semua orang tua, terutama di pedesaan, dapat mengerti akan perkembangan teknologi.
Pelajar maupun pengajar mau tidak mau harus menggunakan berbagai platfrom mulai dari aplikasi zoom, google meet, e- learning, e- student dan media pembelajaran lainnya dalam melakukan system PJJ yang mana berbagai platform tersebut sanaglah asing bagi orang tua.
Selain itu Orang tua memiliki beberapa kendala lainnya dalam melakukan hal tersebut diantaranya kesibukan mereka mau tidak mau harus bertambah, dalam rumah tangga orang tua memiliki banyak kesibukan seperti mencari nafkah dan juga mengurus rumah tangga, akan tetapi seorang anak yang masih berada di jenjang TK maupun SD tentu saja tidak dapat menggunakan gadget dengan baik sesuai dengan instruksi yang sekolah berikan selain itu orang tua juga harus mengawasi dan juga membantu sang anak karena system pembelajaran ini sangatlah asing bagi anak.
Selain kendala tersebut kendala lainnya bagi orang tua adalah Banyak orang tua yang sudah lupa dengan materi sekolah di masa lalu bahkan tidak memahami materi pelajaran. Tidak semua orang tua merupakan lulusan jengang pendidikan yang baik. Rendahnya pendidikan orang tua merupakan faktor yang sangat mendominasi bagi keberlangsungan pembelajaran pelejar khususnya pada anak di jenjang TK dan SD.
Alasan mengapa hal ini sangat mendominasi karena Tugas yang biasanya dikerjakan di sekolah bersama guru akhirnya harus dilimpahkan kepada orang tua Hal ini menimbulkan siswa kesulitan belajar karena orang tua yang tidak memahami serta kurang sabar dalam menyampaikan pelajaran.
Dalam melakukan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini banyak sekali pihak yang belum siap untuk melaksanakannya. Selain kesiapan masih banyak hal yang masih perlu dibenahi dari pembelajaran jarak jauh ini. Banyak sekali pelajar yang ternyata tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran karena terbatasnya kemampuan dan juga tidak memiliki perangkat yang menunjang pembelajaran jarak jauh ini.
Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini merupakan upaya yang sangat bagus untuk mengurangi dampak dari Pandemi Covid 19 sehingga Dalam menyikapi fenomena yang terjadi seperti sekarang ini perlu adanya tindakan dari pemerintah agar sektor di bidang pendidikan bisa berjalan dengan lebih optimal lagi. Selain dari pemerintah kita juga memerlukan kepekaan dari masyarakat sekitar, maksud dari kepekaan yang diperlukan ini merupakan masih banyak sekali saudara kita yang tinggal di pedesaan yang sangat kurang dalam menyikapi kebijakan pemerintah berupa Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini.
Kita memerlukan kepekaan masyarakat untuk membantu saudara kita tersebut baik dengan memberikan dana bantuan maupun fasilitas lainnya seperti buku dan alat belajar lainnya, selaini itu kita juga memerlukan peran komunitas social dalam membantu saudara kita tersebut, komunitas-komunitas social tersebut dapat membantu pelajar-pelajar dengan mengadakan kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti kegiatan Tanya jawab materi yang tidak dipahami disekolah bersama kakak-kakak mahasiswa dari organisasi peduli sesama.
Selain dari permasalahan-permasalahan mengenai kendala dalam melakukan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), terdapat pula permasalahan lainnya yang mulai menghawatirkan bagi masa depan para pelajar yaitu permasalahan yang timbul dari dampak negatif internet.
Kekhawatiran mengenai permasalahan yang timbul dari dampak negatif internet dapat terjadi disebabkan oleh kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak, dengan adanya Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini mau tidak mau seluruh pelajar harus memiliki dan menggunakan gadget sebagai media yang digunakan untuk melakukan pembelajaran.
Tidak sedikit para orang tua yang memiliki kesibukan yang sangat padat dan menjadikan memberikan smartphone kepada anak sebagai solusi agar anak dapat melakukan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara mandiri tanpa dibantu oleh orang tua, anak akan dibebaskan menggunakan smartphone mereka dan hanya diarahkan secara perlahan-lahan cara untuk menggunakan smartphone mereka.
Dengan memberikan smartphone tersebut para orang tua berharap anak akan mandiri dalam melakukan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) tanpa menganggu kesibukan mereka, dan tidak jarang pula mereka menyuruh sang anak untuk bertanya kepada orang lain seperti teman mereka atau guru mereka bagaimana cara untuk menggunakan smartphone yang mereka miliki, permasalahan yang timbul dari dampak negatif internet pelajar karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap mereka dalam menggunakan teknologi sangat rawan terjadi pada anak yang berada pada jenjang pendidikan SD dan juga SMP.
Seperti yang kita ketahui teknologi terus berkembang setiap harinya mengikuti arus globalisasi, teknologi memiliki dampak yang sangat positif bila teknologi dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Teknologi merupakan suatu hal yang dapat membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya di setiap harinya. Tetapi segala sesuatu pasti memiliki dampak positif dan juga dampak negatif, sama halnya dengan teknologi. Walaupun teknologi memiliki dampak positif yang begitu besar, teknologi juga memiliki dampak negatif yang tidak kalah besarnya dengan dampak positif tersebut.
Salah satu teknologi yang paling memiliki peran yang cukup tinggi bagi kehidupan manusia adalah internet, internet merupakan singkatan dari Interconnected Network. Internet adalah sebuah system komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan–jaringan komputer di seluruh dunia.
Internet tentu saja sangat membantu manusia dalam berkomunikasi jarak jauh, mencari informasi, dan masih banyak hal lainnya. Akan tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa internet juga memiliki dampak negatif.
Dampak negatif dari berkembangnya teknologi yang terjadi pada internet yang dapat mempengaruhi para pelajar antara lain kecanduan internet, di dalam internet selain kita dapat berkomunikasi dengan jarak yang sangat jauh juga terdapat banyak sekali hal manarik yang belum tentu dapat kita temukan atau lihat secara langsung. Hal-hal seperti video lucu, game, dan juga hal-hal menarik lainnya sangat dapat menarik perhatian pelajar.
Banyak pelajar yang menggunakan internet bukan hanya sebagai media Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), akan tetapi juga sebagai media untuk melakukan aktivitas pelampiasan dan pelarian dari kejenuhan dan ketegangan mereka. Para pelajar tentu saja memiliki masalah yang berbagai macam, internet membantu mereka dalam hal menghibur, akan tetapi jika pelajar terlalu sering menggunakannya mereka akan dapat menjadi kecanduan akan hal tersebut.
Banyak sekali pelajar yang mulai kecanduan akan internet, hal ini dapat kita lihat dari berkurangnya ketertarikan anak-anak terhadap dunia luar.
Selanjutnya yaitu pornografi, pornografi merupakan salah satu konten internet yang menjadi perhatian publik, dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang walaupun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menanganinya, masih ada saja cara yang dapat dilakukan untuk mencari konten tersebut, pada usia anak di jenjang-jenjang tersebut mereka memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi, jika mereka sudah pernah melihat konten tersebut sang anak diusianya yang masih belum dewasa tentu saja hal itu dapat merusak moral, pikiran, dan juga daya otak mereka.
Konten pornografi memiliki berbagai jenis bentuk mulai dari tulisan, gambar, video, chat rooms, dan lain sebagainya, selain itu dalam mengkonsumsi konten pornografi tersebut tidak semuanya diberikan secara Cuma-Cuma, terdapat beberapa konten pornografi yang berbayar bila ingin ditonton secara streaming maupun di unduh terlebih dahulu, konten pornografi ini dapat membuat orang yang mengkonsumsinya menjadi kecanduan ingin menontonnya terus menerus.
Tidak sedikit orang yang rela membayar mahal untuk menonton konten tersebut, dan biasanya orang-orang seperti itu telah menonton hal-hal yang berbau pornografi sedari ia kecil. Banyak sekali dapat kita jumpai rusaknya moral pelajar dikarenakan mengkonsumsi konten pornografi, pelajar yang mengkonsumsi konten pornografi sering sekali disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orang tua.
Bila di umur mereka yang masih dini dengan keingintahuan yang tinggi ingin mengetahui segala sesuatu bahkan semakin dilarang mereka semakin ingin tahu tersebut telah mengetahui dunia internet maka kemungkinan mereka untuk menonton konten pornografi sangatlah tinggi terjadi.
Selain itu bahaya dari mengkonsumsi internet diusia dini adalah mengabaikan orang sekitar. Jika anak telah melalui tahap yang mana ia telah kecanduan dengan dunia digital tak heran bila ia mulai mengabaikan orang disekitar mereka, mengapa demikian?
Karena ketertarikan mereka telah tertuju dengan dunia digital yang menurutnya dapat memberikan banyak informasi yang dapat menghibur dirinya. Di dunia nyata Tidak semua orang dapat bertingkah laku sesuai keinginannya, di dunia nyata pula terdapat banyak sekali permasalahan yang tidak bisa ia hindari. Hal-hal seperti inilah yang membuat mereka memilih untuk diam tidak menanggapi dan hanya menumpuk di pikirannya, mereka berfikir tidak mengapa, mereka hanya perlu sedikit bersabar dan menjadikan internet sebagai pelarian dan pelampiasan. Didalam dunia digital mereka bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan, mereka dapat membuat akun palsu dan mengungkapkan segala keluh kesah mereka tanpa orang lain ketahui siapa sebenarnya pemilik akun tersebut, selain itu di dalam dunia digital pula mereka dapat bertemu dengan orang-orang yang mereka anggap dapat memahami perasaan dan kondisi mereka.
Seperti yang kita ketahui permasalahan-permasalahan tersebut sebenarnya telah terjadi sebelum adanya pandemic Covid 19, akan tetapi dengan adanya Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang mau tidak mau harus menggunakan gadget sebagai media pembelajaran dengan internet sebagai penghubung jaringan, setiap pelajar harus sudah mengenal yang namanya teknologi internet sejak dini. Selain itu tidak semua semua orang tua selalu mampu mendidik dan mengawasi anak mereka dalam setiap mereka melakukan kegiatan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut, sehingga banyak dari orang tua yang langsung saja memberikan smartphone kepada anak mereka agar mereka dapat melakukannya secara mandiri tanpa perlu mengganggu merek dalam pekerjaan mereka, hal ini sudah mulai dilakukan oleh orang tua kepada anak mereka yang masih berada pada jenjang pendidikan SD.
Dengan memberikan smartphone langsung inilah yang menyebabkan mereka mulai kehilangan pengawasan dari orang tua mereka atau dalam artian tidak ada lagi seseorang yang mengawasi mereka dalam menggunakan Smartphone. Kita tidak dapat langsung menyalahkan orang tua dikarenakan di saat pandemic Covid 19 ini seluruh prekonomian di Negara Indonesia mulai merosot sehingga para orang tua harus meningkatkan kinerja mereka dalam mencari nafkah bagi keluarga mereka, salain itu tidak jarang pula kita dapat jumpai seorang istri yang awalnya memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga berubah profesi sebagai pencari nafkah membantu sang suami karena masih banyak dana yang diperlukan untuk kebutuhan keluarga seperti untuk membayar cicilan hutang, pajak, biaya sekolah dan lain sebagainya yang mana tidak bisa di tunda untuk melakukan pembayaran.
Dalam mengahadapi Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini pelajar juga memiliki masalahnya tersendiri. Dari setiap jenjang pendidikan memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Di mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK), seperti yang kita ketahui di jenjang taman kanak-kanak ini para murid sangat kesusahan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan oleh para murid memerlukan bertemu langsung dengan guru mereka dan juga teman-teman mereka, karena pada tahap inilah sang anak diajari untuk berbaur dengan temen-teman mereka, bentuk pembelajaran juga dicampur dengan bermain tanpa adanya tekanan. Bila dilakukan secara online banyak sekali orang tua yang berfikir menyekolahkan anaknya di saat seperti ini sangatlah sia-sia. Metode pembelajaran yang dilakukan secara online bagi orang tua mereka dapat dilakukan secara mandiri tanpa perlu membayar biaya sekolah mereka.
Selanjutnya pada jenjang SD, SMP, dan SMA. disaat berada pada jenjang inilah mereka memerlukan pengarahan yang sangat mendetail tentang materi yang akan dijelaskan oleh para guru, mereka sangat sulit untuk memahami bila tidak diterangkan secara perlahan dan dengan sabar, dengan Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini para guru memiliki kesulitan dalam menerangkan materi pembelajaran kepada para murid mereka, terlalu banyak kendala yang harus mereka hadapi baik dari murid yang kemungkinan tidak mendengarkan penjelasan mereka, kendala sinyal yang menyebabkan suara mereka tidak terdengar jelas maupun bahan ajar yang tidak bisa di berikan, kondisi lingkungan yang kurang kondusif, dan lain sebagainya.
Selain itu para murid merasakan bahwa Sistem pembela jaran jarak jauh (PJJ) ini menyebabkan guru-guru para murid memberikan mereka banyak tugas, tugas-tugas yang diberikan pula memiliki berbagai macam jenisnya yang biasanya tidak diberikan sebelum adanya Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini seperti membuat video merangkum video YouTube maupun video yang telah para guru sediakan, dan lain sebagainnya.
Selanjutnya pada jenjang perguruan Tinggi, pada jenjang ini banyak sekali permasalahan yang harus di hadapi oleh para mahasiswa dalam menghadapi Sistem pembela jaran jarak jauh (PJJ). Di mulai dari kekecewaan mahasiswa baru atau yang biasa kita kenal sebagai Maba mengenai perkuliahan yang akan mereka hadapi.
Sebagai mahasiswa baru mereka pastinya memiliki semangat yang menggebu-gebu dalam menghadapi masa perkuliahan, mereka pasti sudah membayangkan organisasi apa saja yang akan mereka ikuti, kompetisi apa saja yang akan mereka ikut sertakan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi dengan kondisi Pandemi Covid 19 ini banyak sekali organisasi-organisasi yang seperti mati suri, banyak kegiatan yang tidak bisa mereka adakan secara maksimal, hal seperti inilah salah satu yang menyebabkan para mahasiswa baru kecewa, selain itu duduk bertatapan langsung dengan para dosen dan bertemu dengan teman-teman pun merupakan hal yang mereka idam-idamkan karena masa perkuliahan yang mereka bayangkan tentu sangat berbeda dengan masa-masa sekolah mereka dahulu.
Selain kekecewaan para mahasiswa baru permasalahan para mahasiswa dalam menghadapi Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah tidak adanya kepastian dalam melaksanakan praktikum, dalam beberapa jurusan atau prodi di bangku kuliah pastinya ada yang mengharuskan mereka melakukan praktikum offline.
Bagi mahasiswa yang bertempat tinggal tidak jauh dengan kampus praktikum offline bukanlah hal yang rumit, akan tetapi bagi para mahasiswa yang bertempat tinggal jauh apalagi yang berbeda pulau tentu saja praktikum offline merupakan suatu permasalahan, hal ini dikarenakan mereka mau tidak mau harus mencari tempat tinggal seperti kos-kosan yang baru dan hanya untuk keperluan praktikum saja bukan untuk seluruh mata kuliah.
Selanjutnya permasalahan yang harus dihadapi oleh mahasiswa dalam menghadapi Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini adalah ketika acara wisuda. Acara wisuda merupakan acara akbar dan puncak bagi para mahasiswa, pada acara tersebut para mahasiswa akhirnya akan mendapatkan gelar sarjana. Seluruh mahasiswa pasti sangat mengidam-idamkan acara wisuda ini melihat dari bagaimana cara mereka untuk dapat meraih gelar sarjana tersebut, dalam meraihnya ada banyak sekali tahapan dan juga permasalahan yang mau tidak mau harus para mahasiswa hadapi dalam mencapai gelar sarjana.
Akan tetapi, pada masa Pandemi Covid 19 ini mahasiswa tidak dapat menghadiri acara yang mereka idam-idamkan seperti sebelum adanya pandemic Covid 19 ini. Banyak sekali peraturan kewajiban dan larangan agar dapat menghadiri acara wisuda yang dilakukan secara bertatap muka secara langsung ini, awalnya para mahasiswa akan diberikan pilihan dalam menghadiri acara tersebut, pilihan yang diberikan adalah mau menghadirinya secara online atau offline.
Setiap pilihan yang diberikan oleh para dosen memiliki pengarahan dalam menghadiri yang berbeda-beda, biasanya jika mahasiswa ingin menghadiri acara tersebut secara offline dosen akan memberikan link untuk bergabung ke dalam room platform dan juga memberikan pengarahan bagaimana dresscode yang harus di gunakan oleh para mahasiswa.
Sama seperti mahasiswa yang menghadiri dengan cara online, mahasiswa yang menghadiri acara wisuda secara offline pun akan diberi pengarahan oleh para dosen dan akan diberitahukan apa saja kriteria-kriteria yang telah di tetapkan Universitas untuk dipenuhi oleh mahasiswa yang memilih untuk menghadiri acara wisuda dengan cara offline. Biasanya kriteria-kriteria tersebut antara lain menghadiri acara dengan dresscode yang telah di tetapkan, telah melakukan vaksinasi pada tahap kedua, telah melakukan tes antigen, tidak menghadiri acara wisuda offline dengan ditemani oleh keluarga ataupun orang lain, dan lain sebagainya.
Melihat permasalahan-permasalahan setelah adanya Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat kita simpulkan bahwa semua pihak yang terlibat didalam system tersebut mau tidak mau harus membiasakan diri mereka kembali kedalam kebiasaan-kebiasaan yang baru. Didalam system ini bukan hanya satu belah pihak saja yang merasa dirugikan, akan tetapi semua belah pihak merasakannya, sangat sulit sekali untuk mencari system lainnya yang lebih baik dari Sistem pembela jaran jarak jauh (PJJ) melihat dari kondisi Pandemi Covid 19 ini yang masih saja belum dapat terselesaikan.
Mencari seseorang untuk disalahkan tidak akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada, maka dari itu tidak seharusnya kita saling menyalahkan dan lebih baik kita berlomba-lomba untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan yang masih belum terselesaikan ini.
Penulis:
Nandha Intan Pertiwi
Mahasiswi Program Studi Sosiologi Universitas Mataram