Gambar Ilustrasi |
Opini - Terkait buta aksara di NTB, Pemerintah setempat ataupun Mahasiswa, terlebihnya lagi bagi Mahasiswa yang tergabung dalam paguyuban atau organisasi lainnya, tidak boleh terlena akan hal ini, kita kudu prihatin dan bergerak sebagai relawan pemerintah dalam menuntaskan buta aksara.
Mengingat hasil laporan Badan Pusat Statistika (BPS) tahun lalu, Persentase Penduduk Buta Huruf (Persen) 2019-2021, berikut ini adalah 10 daerah mengidap Buta aksara, termasuk NTB yang memiliki jumlah penduduk buta huruf terbanyak posisi kedua pada tahun 2021 – 2022 untuk usia 15 – 59 tahun.
• Papua: 21,11%.
• Nusa Tenggara Barat: 12,61%.
• Sulawesi Selatan: 7,51%.
• Jawa Timur sebanyak 7,44%
• Sulawesi Barat: 6,91%.
• Kalimantan Barat: 6,59%.
• Jawa Tengah: 6,21%.
• Nusa Tenggara Timur: 6,15%.
• Sulawesi Tenggara: 5,06%.
• Bali: 5,00%.
Terkait hal ini upaya pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, relawan penggerak terlihat antusias dan prihatin dibandingkan pemerintah setempat untuk mengurangi buta aksara.
Adapun upaya pemerintah akan permasalahan ini, yakni dengan mengadakan perpustakaan Desa. Tetapi terkait hal ini, buku – buku yang terkemas dengan rapi di rak buku perpustakaan Desa yang saya lihat, buku – buku tersebut hanya sebagai pemanis lorong kantor Desa saja, dan kurang melakukan sosialisasi atau ajakan dari pemerintah setempat dengan lebih terhadap pentingnya belajar membaca, menulis, dan terlebih lagi pentingnya membaca buku,
Demikian adalah upaya untuk mengurangi kuantitas buta aksara di NTB. Buku yang malang, hanya dijadikan bahan pemanis lorong kantor Desa.
Pemerintah seharusnya memberikan perhatian yang lebih terhadap relawan-relawan penggerak literasi, dan memfasilitasi gerakan – gerakan yang hendak ikut berkontribusi dalam permasalahan buta aksara di NTB.
Mengingat hal ini, saya pun pernah berinisiatif untuk mengalokasikan buku bacaan yang tidak dipajang di rak buku di berbagai perpustakaan kepemerintahan, saya hanya menemukan jawaban, "tidak bisa dek, buku tersebut akan dijadikan sebagai arsip untuk LPJ kantor kami,".
Ini menjadi faktor penghambat para relawan dalam melakukan inisiatif baiknya untuk mengurangi buta aksara.
menghilang
Besar harap saya teruntuk mahasiswa ikut berpartisipasi mendonasikan buku bacaannya dan menyempatkan jiwa raganya untuk menggerakkan pegiat literasi untuk mengurangi buta aksara yang ada wilayah sekitar kita dalam menjalankan niat sucinya untuk membantu pemerintah, lebih khususnya lagi untuk LPMP NTB tetap semangat lagi untuk mengurangi buta aksara di NTB melalui TP PKKK dalam mensosialisasikan keaksaraan kepada masyarakat sekitar, dan perbanyak lagi wilayah yang disentuh dikarenakan program yang dilakukan memiliki gerakan yang mendekatkan diri dengan masyarakat dan terjun langsung di tengah masyarakat.
Optimis NTB gemilang dengan gerakan menuju buta aksara di NTB perlahan menghilang!
Universitas Mataram Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disclaimer: Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Selaparangnews.com