Gambar ilustrasi (ist.) |
OPINI - Dalam konteks dunia politik zaman ini, islamisme dan politik identitas telah menjadi objek perhatian luas semua orang. Pemikiran politik Islam telah menjadi actor penting dalam membentuk perspektif dan aksi politik Muslim di penjuru dunia. Seiring berjalannya teori tersebut, politik identitas juga telah muncul sebagai element signifikan yang dapat mempengaruhi organisasi dan mobilitas politik di semua element Muslim.
Islamisme adalah aliran politik yang mengedepankan ajaran Islam, mengadvokasi implementasi hukum-hukum Islam dalam dinamika politik dan sosial. Orang yang penganut islamisme berupaya memperjuangkan gagasannya tentang negara yang berlandaskan prinsip-prinsip Islamisme dan melibatkan umat Muslim secara aktif dalam perjalanan politik.
Namun, dalam beberapa kesempatan, politik identitas juga telah bermain peran sebagai pembentuk agenda politik dan kelompok-kelompok Muslim. Politik identitas berkaca kepada konstruksi identitas kelompok yang dilandasi atribut budaya, agama, atau etnis, dan digunakan sebagai sarana untuk memobilisasi massa dan mencapai cita-cita politik.
Pandangan mengenai pemikiran politik Islam melibatkan analisis terhadap relasi antara islamisme dan politik identitas. Beberapa opini menekankan pentingnya mempertahankan identitas Muslim dalam konteks modernitas, sementara yang lain berupaya mengkritik penggunaan politik identitas sebagai pemecah belah dan mengalihkan perhatian dari problem sosio-ekonomi secara mendasar.
Dalam artikel ini, penulis mengajak pembaca untuk menyusuri kondisi relasi islamisme dan politik identitas dalam perspektif pemikiran politik Islam. Dan, dapat menggali pandangan yang beragam dari para ahli dan pemikir Islam mengenai peran dan dampak fenomena tersebut dalam dinamika politik saat ini. Oleh karena itu, catatan ini ditulis dengan tujuan agar memahami lebih dalam dan dapat melihat kondisi islamisme dan politik identitas yang saling berhubungan satu sama lain dengan mempengaruhi kondisi politik saat ini.
Islamisme adalah aliran politik yang menekankan pentingnya mengimplementasikan hukum-hukum Islam dalam system politik dan sosial. Gerakan ini berasal dari interpretasi Islam dengan berusaha menyatukan agama dan politik. Pendukung islamisme berpegang teguh bahwa prinsip-prinsip Islam harus dapat membentuk landasan negara dan hukum, serta dapat berperan dalam mengatur masyarakat. Dalam sudut pandang pemikiran politik Islam, islamisme merupakan actor krusial dalam melindungi dan mempromosikan identitas Muslim.
Politik identitas, di sisi lain, mengacu pada pembentukan dan pengorganisasian kelompok berdasarkan atribut. Identitas Muslim sangat sering menjadi bahan pembicaraan politik identitas di berbagai negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Politik identitas dapat digunakan sebagai alat mobilisasi massa. Identitas Muslim sangat kuat sehingga menjadi faktor krusial dalam kegiatan politik.
Dalam sudut pandang pemikiran politik Islam, relasi antara islamisme dan politik identitas dapat menjadi kompleks. Sebagian pendukung islamisme menggunakan politik identitas sebagai langkah untuk memperkuat posisi Islam dalam politik, sementara element lainnya sebagai gangguan yang dapat merusak persoalan ekonomi dan sosial secara mendesak dalam masyarakat Muslim khusunya. Namun terlepas dari perbedaan pendekatan, kedua hal tersebut dapat saling bersimbolis mutualisme dan memperkuat eksistensi dan kedudukan politik umat Muslim.
Islamisme dan politik identitas juga dapat menimbulkan permasalahan yang berkesinambungan dengan integrasi dan pluralisme dalam masyarakat. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa islamisme dan politik identitas dapat memperkuat kedudukan identitas Muslim, mempertahankan nilai-nilai agama, dan mempromosikan kemandirian umat Muslim. Namun, pendekatan ini dapat berdampak kepada tantangan dalam membangun masyarakat secara inklusif dan menerima perbedaan dalam konteks sosial yang semakin kompleks dan multikultural,
Dalam sudut pandang pemikiran politik Islam, tantangan dan peluang yang dihadapi oleh islamisme dan politik identitas perlu diakui. Terlepas dari perbedaan pendekatan dan sudut pandang yang memiliki peran krusial dalam membentuk politik dan identitas Muslim. Oleh karena itu, penting untuk dibahas dengan cermat relasi antara islamisme dan politik identitas dengan tujuan memahami dinamika politik Islam yang semakin mendalam dan dapat mendukung pembangunan masyarakat secara adil dan inklusif.
Melalui wacana lebih dalam mengenai relasi antara islamisme dan politik identitas dalam perspektif pemikiran politik Islam, dapat memperluas wawasan mengenai kondisi politik saat ini yang melibatkan umat Muslim. Dalam upaya membangun masyarakat yang harmonis, penting untuk bersiap menjawab tantangan dan peluang dengan pemahaman lebih kritis dan kontekstual terhadap islamisme dan politik identitas dalam politik modern.
Dalam konteks politik dunia saat ini, pembahasan mengenai islamisme dan politik identitas menjadi semakin krusial. Islamisme, sebagai actor politik menggunakan landasan ajaran Islam dengan berupaya menerapkan aturan-aturannya. Sementara itu, politik identitas lebih condong kepada pembentukan dan mobilisasi kelompok yang dilandasi oleh atribut. Dalam sudut pandang pemikiran politik Islam, kondisi relasi antara islamisme dan politik identitas menjadi fokus utama. Ada pandangan berbeda mengenai peran keduanya dalam membentuk agenda politik umat Muslim. Beberapa hal yang perlu ditanggapi ialah islamisme sebagai upaya mempertahankan identitas Muslim dalam era modernitas, di sisi lain, dapat mengkritik politik identitas dengan alasan ingin memecah belah masyarakat dan mengalihkan perhatian dari permasalahan sosio-ekonomi secara mendesak. Dalam mengatasi persoalan tersebut, pemahaman mengenai relasi antara islamisme dan politik identitas segment pemikiran politik Islam dapat menjadi hal krusial untuk memahami kondisi politik saat ini.
Dr. Tariq Ramadan selaku intelektual Muslim beranggapan bahwa “Islamisme yang mengedepankan pemikiran politik Islam harus berusaha memahami dan menjawab aspirasi politik umat Muslim. Namun, perlu disadari untuk menghindar dari politik identitas yang mengabaikan keragaman masyarakat dan berpotensi memicu terpecah belahnya solidaritas sosial”.
Kutipan tersebut memberikan perspektif beragam dan memberikan wawasan terhadap kompleksitas relasi antara islamisme dan politik identitas dalam pemikiran politik Islam. Selain itu, Dr. Tariq Ramadhan pada tahun 2017 menuliskan buku berjudul “Islam: The Essentials. London: Pelican” berisikan wawasan mengenai Islam, ajarannya, dan aturan-aturannya yang ditulis dengan gambaran komprehensif.
Secara keseluruhan, islamisme dan politik identitas dalam sudut pandang pemikiran politik Islam adalah pembahasan kompleks dan memerlukan pemahaman secara cermat. Dengan pendekatan secara kritis, inklusif, dan berdasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan, diharapkan dapat mampu membangun masyarakat dengan adil, damai, dan berkesinambungan dalam alur pemikiran politik Islam. []