Oleh: M. Ali Fikri Mahpuz* |
OPINI - Bicara tentang Desa Sugian tidak akan pernah tuntas, baik dari sumberdaya alamnya dimana sektor pertanian, perikanan hingga semua sudut desa dapat dijadikan sebagai sektor wisata yang akan mengangkat pertumbuhan ekonomi warga sekitarnya, namun waktu belakang ini banyak dieksploitasi oleh orang yang berkepentingan yang akan menambah kekayaan yang dimilikinya.
Lalu masyarakat mendapatkan apa? bagaimana keberlangsunagan ekosistem yang dibangga banggakan dulu? kebanggan seperti apa yang akan kita ceritakan nanti untuk generasi yang akan datang? Bentuk keindahan saat ini, tidak tuan !!!
Banyak kegiatan yang diikuti oleh desa sugian dalam ajang lomba baik tingkat daerah hingga nasional dan tidak sedikit pula mendapatkan penghargaan atau juara hingga kami merasa bangga lahir dan tumbuh di Desa tercinta ini.
kali ini kami tidak akan menceritakan tentang keberhasilan ataupun capaian yang desa kami dapatkan, akan tetapi sampai dimana desa ini akan bertahan dengan gempuran gempuran para kapitalisme, tentang bagaimana desa ini yang berisikan orang orang cerdas, pemimpin yang bijaksana bak umar bin abdul aziz konon !!! yang kita sama sama tahu memiliki kecintaan terhadap tanah kelahiranya, hingga sejauhmana kita akan bertahan dan menjaga predikat desa wisata yang kita miliki.
Beberapa hari ini sedang ramai di sudut bok, berugak, diskusi para elit elit desa, hingga kami menyimak dengan hati dan pikiran masih acuh, akan tetapi ada bisikan cinta hati nurani yang menggugah kami untuk berbicara tentang bagaimana dampak yang akan ditimbulkan akibat adanya tambak di Desa Wisata Sugian.
Dengan melihat geografis lokasi tempat yang akan dibangun tambak ini sungguh tak mungkin, yang dimana ia berada di persis belakang permukiman warga, yang dimana limbah dari tambak ini nantinya melewati permukiman pula.
Kita tahu tempat itu telah digodok menjadi objek wisata yang berabasis masyarakat sejak beberpa tahun lalu, yang telah menghabiskan beberapa puluhan juta hingga ratusan juta pula untuk mengelola pantai kokok pedek. Namun apa ending yang kita terima apa bila tambak ini benar adanya nanti, semua itu akan sia-sia tuan !!! dan permukiman warga (Kokok Pedek) secara khusus, akan mendapatkan bising dari operasinya tambak, rusaknya fasilitas umum seperti jalan warga ataupun debu dari kendaraan yang lalu lalang ketika pengangkutan material, hingga bau busuk yang akan ditimbulkan dari limbah atau pun tidak menutup kemungkinan air bersih yang digunakan saat ini akan tercemar pula, itu yang di darat.
Lalu bagaimana dengan wisata underwater yang kita miliki adakah yang berkeinginan untuk mandi dengan air yang dulunya jernih sekarang keruh atau wisatawan ingin merasakan asinya air laut, kami rasa tidak tuan !!!
Dan yang tak kalah penting bagaimana dengan sektor pertaninan atau lahan produktif yang dimiliki warga di sekeliling tambak nanatinya, kami rasa dengan pengetahuan yang minim dengan teori yang paling mendasar yakni air laut akan mempengaruhi tanah yang akan berlanjut pada hidup maupun tumbuh dari tanaman warga nantinya, yang akan menurunkan hasil produksi pertanian warga pula.
Yang kita tahu juga tempat ini menjadi langganan banjir dengan adanya tambak ini bukankah akan mempersempit jalan air pula, dengan konstruksi tambak timbun yang dimana tambak lebih tinggi dari pada lahan pertanian ataupun permukiman warga. Ia tuan !! kita tunggu kabar evakuasi warga sugian diberita sembari hisap rokok dan seruput kopi dari hasil apa yang tuan perbuat. []
*M. Ali Fikri Mahpuz adalah pemuda Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, NTB