Tiga santri peraih juara MTQ Lombok Timur Dalam Cabang Hifzil Qur'an |
SELAPARANGNEWS.COM - Halaman Kantor Bupati Lombok Timur sesak dipenuhi ratusan masyarakat sejak sore hingga malam. Mereka meramaikan rangkaian penutupan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke XXX tingkat Kabupaten Lombok timur pada Senin malam lalu, 29 April 2024.
Setelah Dewan Hakam mengumumkan para juara, tercatat Delegasi Pondok Pesantren Salaf Modern (PPSM) Thohir Yasin Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik berhasil menyabet juara pada ajang lomba tersebut.
"Dua dalam cabang Khattil Qur’an dan tiga dalam cabang Hifzil Qur’an," ucap Kepala Badan Pelaksana Harian (BPH) PPSM Thohir Yasin Lendang Nangk H. Ahmad Patoni, S.S., M. Pd. kepada media ini. Rabu, (01/05/2024).
Adapun lima delegasi yang mendapatkan juara itu ialah Gifarina Wahidah, santriwati kelas XI PPS Ulya yang meraih juara dua dalam cabang Hifzil Qur’an kategori 30 Juz, Sopian Hadi, santri kelas XI PPS Ulya meraih juara tiga kategori 20 Juz, Ahmad Puad Muhsi, santri kelas X PPS Ulya meraih juara harapan 3 kategori 10 Juz, Supendi, Alumni Pondok Pesantren Thohir Yasin meraih juara satu dalam cabang Khattil Qur’an golongan Mushaf Putra dan Juandi, Alumni Pondok Pesantren Thohir Yasin meraih juara harapan 3 cabang Khattil Qur’an golongan Dekorasi.
Kepala PPS Ulya PPSM Thohir Yasin ini mengaku terharu dengan pencapaian anak didiknya itu. Kendati demikian Ia mengingatkan bahwa menghafal Qur'an bukan untuk dilombakan, melainkan sebagai Syiar agama dan media pembelajaran.
“Saya pribadi sangat haru, MTQ merupakan ajang syiar al-Qur’an. Kita tidak desain anak ini hafal qur’an untuk lomba, tapi ternyata mereka bisa juga ikut lomba. Dengan niat syiar dan media pembelajaran,” pungkasnya.
Sementara itu, Moh. Riadhi M.pd.I. selaku pembina dan pegiat kaligrafi di Pondok Pesantren Thohir Yasin mengaku bersyukur dan bergembira atas berhasilnya dua delegasi dalam cabang Khattil Qur’an di MTQ ke XXX tersebut. “Ini patut kita apresiasi dan kita syukuri. Cita-cita kita selama ini akhirnya membuahkan hasil," ucapnya.
Sejak awal, kata dia, pihaknya memang ingin kaligrafi berkembang, dikenal dan dipelajari oleh banyak kalangan, khususnya santri Pondok Pesantren Thohir Yasin. "Bagaimana tidak, kaligrafi adalah bagian dari sejarah peradaban Islam. Maka sudah seharusnya kita lestarikan," tandasnya.
Ia berharap, ke depannya semakin banyak santri yang mempelajari kaligrafi sebagai wujud syiar Islam. Terlebih pondok pesantren Thohir Yasin memfasilitasi pelatihan kaligrafi sebagai wadah pengabdian untuk kaligrafi Islam dan syiar pondok Pesantren.
"Semoga kaligrafi bisa memberikan atmosfer positif untuk perkembangan dan kemajuan Pondok Pesantren Thohir Yasin,” tutupnya. (SN)