Notification

×

Iklan

Iklan

Pantang Pulang Sebelum Tuntas (Tunjung Tilah, Empak Bau, Aik Meneng)

Wednesday, July 24, 2024 | July 24, 2024 WIB Last Updated 2024-07-24T04:32:03Z

Oleh: Amir Mahmud*

OPINI - Masyarakat Sasak sangat lekat dengan ungkapan Tunjung Tilah, Empak Bau, Aik Meneng. Kira-kira dalam bahasa Indonesia kalau di terjemahkan bunyinya: bunga tunjung tetap tegak, ikan dapat di tangkap, air tetap jernih. Ungkapan Sasak klasik.


Orang sasak menjadikan ungkapan diatas itu sebagai prinsip hidup. Sebagai sebuah prinsip tentu itu akan menjadi alas atau landasan sikap di segala lini kehidupan. Sasak sendiri dalam literatur berasal dari kata saq-saq. Dalam perhitungan Sasak, saq-saq artinya satu. 


Suku Sasak adalah suku yang mendiami sebuah pulau yang bernama Lombok. Dalam lakon orang Sasak, Lombok dan Sasak adalah dua kata yang saling meneguhkan. Lombok sendiri dalam pemahaman orang Sasak merupakan sebuah cara hidup, sikap hidup atau prinsip hidup yg lurus. Tidak neko-neko. Lombok sendiri dalam pemaknaan suku Sasak berarti lomboq alias lurus.


Sasak dan lomboq yang berarti satu bermakna lurus juga. Simbol angka (1)menunjukkan makna kelurusan. Berbanding lurus dengan makna lomboq. Sikap lurus dan teguh pada satu tujuan adalah mental suku Sasak. Fenomena itu dapat kita lihat pada berbagai tindakan juga tingkah laku figur-figur sasak.


Sikap tegak lurus seperti angka 1 (satu) mencerminkan sikap dan prinsip hidup yang dipegang teguh sebagai guidance dalam menjalani setiap dinamika kehidupan. Pun demikian orang Sasak pantang mengganggu jalan hidup orang lain selama kehidupannya tidak di ganggu. 


Bagi orang Sasak mengganggu jalan hidup orang lain adalah suatu sikap rendah dan tidak mencerminkan tata nilai dan tradisi sebagai orang Sasak. Akan tetapi bila sebaliknya orang Sasak di ganggu jalan hidupnya pantang mundur sebelum tuntas.


Kita tahu mental orang Sasak tidak ada yang terlalu menonjolkan diri. Orang Sasak selalu menempatkan diri dalam identitas yang low profile. Linear dengan ungkapan diatas. Sebisa mungkin menempatkan diri dalam posisi yang tidak suka berkonflik. Apapun persoalan hidup akan selalu menjaga ekosistem lingkungannya tetap kondusif. 


Begitupun dalam konteks dinamika berpolitik. Sikap saling menjaga dan saling menghargai akan terus di perankan demi menjaga ekosistem sosial politik tetap terjaga damai. Bahkan walaupun berada dalam karir yang sudah tinggi individu Sasak jarang ada yang mau menonjolkan diri kecuali individu lain yang melakukan inisiatif memunculkannya.


Kita tahu ada beberapa figur-figur sasak yang kompeten dan berada dalam karir puncak pada struktural negara namun jarang kita kenal. Akan tetapi memiliki kontribusi luas pada kepentingan negara dan bangsa. Semisal mantan Dubes RI untuk Turki, Dr. Muhammad Ikbal. 


Dr. Ikbal adalah seorang birokrat dengan karir yang sangat mentereng. Berada dalam puncak karir yang sangat cemerlang. Sejak lama sudah berkontribusi luas terhadap kepentingan negara dan bangsa di kancah internasional. Menjadi juru bicara bahkan menjadi perwakilan indonesia di negara luar atau dalam pergaulan bangsa dikancah internasional-jarang yang tahu bahwa dia seorang anak kampung yang berasal dari pulau kecil bernama Lombok, Nusa Tenggara Barat.


Padahal sudah sejak lama berprestasi berkarya menjaga nama Indonesia dalam pergaulan internasional. Sejak memutuskan menjadi abdi negara, sang Dubes sudah mendedikasikan hidupnya untuk mengharumkan nama bangsa. Selama itu juga prinsip ke-sasakannya terus menjadi pemandu hidup juga berkarya. Berusaha menuntaskan konflik-konflik kenegaraan dengan menerapkan prinsip Tunjung tilah, empak bau, aik meneng.


Baru kemudian ia muncul sebagai figur ketika perhelatan politik lokal mulai menggeliat dan berniat pulang kampung memperbaiki gubuk- gempeng. Pun demikian ia tetap menjaga sikap politiknya dengan tanpa mengganggu individu lain yang juga ingin mengikuti perhelatan politik lokal pemilihan kepala daerah.


Ia berjalan dengan prinsip-prinsip yang selama ini di pegang teguh. Dia meyakini prinsipnya sebagaimana ia meyakini agamanya. Baginya apapun pilihan hidup selama niat dan tujuannya baik pasti ada jalan untuk kebaikan itu. Niat baik harus di jalankan dengan cara-cara baik. Tidak perlu mengganggu jalan orang lain untuk memenangkan tujuan. 


Sikap saling menjaga dan menghargai terus di internalisasi dalam diri sang jubir Kemenlu itu. Bahkan dalam perjalanan mendapatkan syarat pencalonan sebagai calon kepala daerah, salah satu partai politik yang sudah dalam komunikasi intensif untuk memberikan dukungan terhadap dirinya, di ujung perjalanan komunikasi politiknya ia harus legowo serta khusnuzon menerima kenyataan dukungan ke pasangan lain. 


Bagi Dr. Ikbal kenyataan itu dipahami sebagai dinamika politik yang harus dimaklumi dan dianggap biasa dalam konteks demokrasi. Ia menyadari dinamika demokrasi bukan hanya soal bagaimana menaklukkan ketua partai tetapi juga bagaimana menaklukkan diri sendiri untuk tidak baperan istilah generasi milenial dan generasi Z. Pada akhirnya tidak perlu nelangsa di tinggal calon dukungan. Demokrasi pada makna internalnya adalah liberte meminjam istilah Laclaw, seorang filsuf gerakan politik di era pasca modern. 


Walaupun ditinggal partai calon pengusungnya, Dr. Ikbal tidak lantas diam namun terus berusaha membangun komunikasi politik dengan partai lain dan mampu menunjukkan kapasitas politiknya dengan membawa partai Gerindra dan PAN sebagai basis partai pendukung. Bahkan jika dilihat dari syarat kursi pencalonan untuk pilkada tingkat provinsi dengan syarat 13 kursi, dua partai pengusung Dr. Lalu Muhammad Ikbal sudah memenuhi syarat sebagai calon. 


Dari dinamika politik yang sedang bergulir kita bisa melihat dan menilai sesungguhnya Dr. Ikbal dalam kapasitas politik dan kepemimpinan mampu menunjukkan kompetensinya mengelola setiap kepentingan politik dan kepentingan masyarakat secara bersamaan pada konteks sebagai figur publik yang akan membawa masyarakat NTB sejahtera dan mendunia.


Namun demikian apa yang terjadi dalam latar depan lakon demokrasi dan politik hanya sebagian dari varian demokrasi. Ada berbagai terma dan isu yang termasuk dalam dinamika dan tanggung jawab demokrasi. Demokrasi mengharuskan equality, demokrasi mengharuskan keadilan minoritas, demokrasi menjaga kehormatan, demokrasi menjamin pendidikan untuk semua kalangan, demokrasi melindungi kepentingan setiap orang, demokrasi merawat perbedaan melestarikan keberagaman. Demokrasi juga melindungi segenap elemen bangsa, buruh, Tani, nelayan dan kaum miskin dan anak terlantar serta orang tua jompo sebagai amanat konstitusi.


Lalu Muhammad ikbal: figur baru, muda, berpolitik dengan sabar dan santun dengan prinsip Tunjung tilah empak bau aik meneng


*Amir Mahmud | Relawan Kawan Ikbal

×
Berita Terbaru Update