Ibu Marhaen, Nenek yang mengasuh Almarhum Khaerul Wardi |
SELAPARANGNEWS.COM - Keluarga Khaerul Wardi, bocah 7 tahun asal Desa Kembang Kerang yang diduga menghembuskan nafas terakhir akibat lamban ditangani petugas RSUD Selong akhirnya angkat bicara.
Kepada Media ini, Rabu, (24/07/2024), Marhaen, Nenek Khaerul Wardi yang hadir menemani detik-detik terakhir cucunya di Rumah Sakit menuturkan duduk perkara masalah itu. Ia mengakui bahwa petugas RSUD Selong memang sempat bertanya apakah keluarga Khaerul Wardi membawa uang atau tidak saat itu.
"Iya, salah satu dari mereka (petugas -red) memang ada yang menanyakan soal biaya itu," aku Marhaen menggunakan bahas Sasak.
Katanya Ia masih ingat wajah petugas tersebut, dan siap dipertemukan untuk membuktikan apakah dia berbohong atau tidak dengan apa yang disampaikan. Ia dengan tegas membenarkan apa yang disampaikan Kepala Desa Kembang Kerang Yahya Putra lewat sejumlah media terkait pelayanan di RSUD Selong yang dinilai buruk lantaran lebih mengutamakan biaya daripada pelayanan.
"Saya siap, kita akan bela pak Kades sampai manapun saya siap, agar hal-hal seperti ini tidak terulang lagi di kemudian hari," tegasnya.
Awalnya, lanjut Marhaen bercerita, petugas menanyakan perihal siapa keluarga Khaerul Wardi, maka datanglah Ibu Khaerul Wardi ke Petugas itu. Dan di sanalah petugas bertanya soal biaya.
"Awalnya petugas itu bertanya mana keluarga Khaerul Wardi, lalu Ibunya yang maju, di situ Petugas bertanya apakah dia punya uang atau tidak. Dan saat ditanya jumlahnya, petugas itu menyebutkan sebesar Rp. 900 ribu. Tapi setelah itu, datang lagi kakeknya bertanya berapa besar biayanya, Petugas itu malah menyebut sebesar Rp. 1 Juta, karena ada biaya-biaya lain juga," ujarnya bercerita.
Mendengar hal itu, Marhaen dan keluarga mengaku pasrah. Jangankan uang Rp. 1 Juta, untuk sampai ke RSUD saja mereka memberanikan diri untuk ngutang sebesar Rp. 500 ribu dari tetangga. "Dari mana kita punya uang, sampai ke sini saja kita minjam ke tetangga," jelasnya.
Karena itulah, kata Marhaen, saat ditanya soal biaya itu, pihaknya tidak berani menjawab lantaran tidak punya uang. Satu-satunya yang diharapkan adalah paman Khaerul Wardi yang tidak lama lagi akan menyusul mereka ke RSUD Selong. "Bertiga yang ikut di ambulance saat dirujuk ke RSUD Selong, Saya, Ibunya sama kakeknya," kata dia.
Di sisi yang lain, sambung Marhaen, kondisi Cucu kesayangannya itu semakin memburuk, nafasnya sudah naik turun tanpa ada campur tangan petugas, paling tidak untuk memberikan semangat kepada mereka.
Beberapa kali pihaknya melapor ke petugas terkait kondisi cucunya, tapi tetap tidak diapa-apakan. Petugas datang hanya untuk memeriksa alat yang kata dia sering berbunyi tiba-tiba yang membuat hatinya makin cemas.
"Waktu datang kita memang dilayani, dipasangkan infus sama dipakaikan alat yang sering bunyi itu, cuma itu saja, setiap kali alat itu berbunyi kita ngelapor ke petugas tapi petugasnya bilang kalau itu memang seperti itu dan tidak apa-apa," jelasnya.
Hati keluarga makin pasrah saat paman korban datang dengan kondisi yang sama, yaitu tidak punya uang. Akhirnya, di tengah keputusasaan itu, pihaknya hanya bisa berdo'a sembari membacakan yasin untuk cucunya.
"Di saat itulah, ketika Nafas Wardi sudah di kerongkongan, petugas itu bergegas pasang kaos tangan dan mengecek kondisi Wardi, dan menggesernya ke tempat sebelah yang sebelumnya di tempati orang lain yang sudah meninggal dunia," ucapnya.
Peristiwa meninggalnya bocah malang di RSUD dr. Raden Soedjono Selong pada tanggal 18 Juli 2024 lalu itu menjadi perhatian banyak orang setelah Kades Kembang Kerang mengaku kecewa dengan pelayanan RSUD Selong yang dimuat sejumlah media massa.
RSUD Selong pun tak tinggal diam, lewat media massa juga, jajaran Direksi RSUD Selong langsung membuat pernyataan klarifikasi yang membantah adanya kelalaian oleh petugas. Bahkan secara pribadi, lewat media massa juga, Direktur RSUD Selong siap mundur jika peristiwa itu benar-benar terjadi. (Yns)