Gambar Ilustrasi |
OPINI - Q. S: An-Nahl Ayat 61: "dan kalau Allah menghancurkan manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."
Timbangan atau hisab dari perbuatan manusia berupa pahala dan dosa sering kali dikaitkan dengan anugerah dan pembiaran. Karunia berupa kehidupan oleh sebagian dimanfaatkan untuk beramal salih, sebagian lain justru menjadikannya ajang untuk berbuat jahat berdasarkan keinginan diri sendiri dan setan. Poin terakhir ini adalah pembiaran atau populer disebut "istidraaj" berseberangan dengan poin pertama berupa pemakluman.
Artinya perbuatan jahat sebenarnya terlarang dan Allah sendiri tidak ridho terhadap hal tersebut, maka pelakunya dibiarkan sampai dia menemukan titik atau puncak dari akibat perbuatan jahatnya berupa kegelapan, kebinasaan dan penderitaan tanpa akhir. Sedang amal salih dengan Rahmat Allah senantiasa mendapat tempatnya sampai pada pemakluman terhadap kesalahan-kesalahan yang luput terutama berupa kekhilafan-kekhilafan kecil.
Adzab bagi pelaku dosa dan cobaan bagi manusia salih sebagai dua klasifikasi bagi balasan perbuatan manusia. Sebab keduanya masing-masing memiliki aturan main, maka kelalaian adalah bagian yang tidak terpisahkan.
Namun hal yang penting adalah mengharap Allah agar tidak mencatatkan perbuatan tersebut atau "mengambil" bagiNya.
Allah berfirman dalam Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 286 yang seringkali dipenggal dan dijadikan do'a berjama'ah, berikut artinya: "ya Tuhan kami jangan Engkau mengambil (mengadzab) tatkala kami lupa atau salah. Ya Tuhan kami, jangan Engkau bebankan kepada kami beban sebagaimana Engkau bebankan terhadap sebelum kami. Ya Tuhan kami, jangan Engkau bebani apa yang kami tidak sanggup memikulnya. Dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami, dan kasihilah kami Engkaulah Maha Pengasih, maka tolonglah kami dari orang-orang kafir!"
Sebab "diambilnya" perbuatan tersebut sebagai suatu kesalahan di hadapan Allah merupakan suatu kemalangan. Dosa yang "dicatatkan" Allah bagi Fir'aun dan beberapa kisah lain sebagaimana tercantum dalam Qur'an Surat Aali Imran: 11 yang mendustakan Ayat-ayat Allah berbuah malapetaka. Allah mengambil dosa dari perbuatan Fir'aun dengan balasan yang disegerakan menunjukkan terdapat balasan yang akan diterima hambaNya di dunia.
Namun perlu diingat bahwa terdapat balasan kebaikan pula yang disegerakan, selain dosa akan dibalas dengan ketentuan akhirat sebagai balasan yang sempurna. Intinya Tuhan tidak tidur untuk memberi berbagai kebaikan berupa rahmat dan berkah. Pada saat yang sama perlu diingat bahwa setan juga tidak tidur dan terus-menerus menggoda manusia agar menjadi bagiannya, "Na'uudzubillah!"
Penulis: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. | Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera