Notification

×

Iklan

Iklan

18 Ditunggu, 04 Dikenang

Sunday, March 30, 2025 | March 30, 2025 WIB Last Updated 2025-03-30T14:15:56Z

Penulis: Muhammad Jayadi*

OPINI - Perjumpaan dengan bulan suci ramadhan merupakan anugerah Allah Swt yang tidak setiap orang dapat merasakannya. Kalau pun bertemu, mungkin ada diantara kita yang tidak menyadari akan keagungan anugrah ini, atau tidak berkesempatan berpuasa dengan sempurna serta meresapi kenikmatan-keberkahan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lainnya.


“Dua waktu pada bulan ramadhan di dalamnya ada nikmat dan berkah, yaitu ; pukul 18.00 ditunggu (karena kenikmatan berbuka puasa), pukul 04.00 dikenang (karena kerbekahan bersantap sahur)”

Diantara nikmat orang yang berpuasa salah satunya adalah menunggu saat berbuka tiba. Saya adalah salah satu orangnya. Anda juga, sudah tentu kan !. 

Saat berbuka adalah momen paling ditunggu, semua muslim sangat disiplin menunggu waktu yang satu ini. Bahkan Almarhum KH. Hasyim Muzadi dalam kelakarnya menyinggung perihal berbuka puasa dengan menyatakan “Kita itu, bisa tepat waktu hanya satu, saat berbuka puasa”. 

Ha. Ha. Ha, kelakar ini benar adanya.. 

Perihal berbuka puasa, juga dispil Nabi dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang artinya kurang lebih "Dua hal yang paling menyenangkan bagi orang yang berpuasa yaitu ketika berbuka dan ketika bertemu Tuhannya". 

Begitu besar nikmat berbuka, hingga kadang kita tidak sadar melakukan hal-hal konyol untuk sekedar bisa cepat sampai rumah. menyiapkan aneka ragam hidangan makanan dan minuman untuk berbuka. Untuk bisa cepat berbuka puasa kita pernah melakukan hal-hal ini seperti ; lari sekencang-kencangnya, melawan arah, menabrak lampu merah, menembus hujan dan marah-marah ketika terjebak macet, saking ingin menyegerakan berbuka puasa dirumah bersama keluarga.

Yang senyum, pernah melakukan hal ini kan ?.. hahaha… 

Momen ini hanya terjadi, dilakukan dan rasakan saat Ramadhan saja, meskipun berpuasa dihari dan bulan yang lain, rasanya kita tidak akan bersegera dan segupuh ini sampai rumah untuk berbuka. Heeem.. 

Inilah kesenangan dan kebahagiaan yang Allah anugerahkan dan janjikan itu. Hanya bagi mereka yang berpuasa pada bulan Ramadhan, tidak dirasakan pada bulan-bulan lainnya. 

Lantas bagaimana dengan anda sekalian ?.
Merasakan hal seperti inikan..? Anda harus katakan Ya'!.

Sesederhana ini Allah menujukkan kuasanya dalam bentuk berbuka, tapi kita jarang menydarinya.
Kebiasaan yang kelihatan kecil dan sepela, namun berdampak dan mencerminkan kualitas ketakwaan dan eksistensi kemanusiaan kita..!

Yang kedua.. 
Pukul 04.00, waktu ini senantiasa dikenang.
Kenapa..? 
Lagi-lagi ini soal keistimewaan yang Allah Swt titipkan di dalamnya.

Jika disadari, sebagai manusia biasa, jam segini tentu makan tidaklah terasa nikmat. Jika disuruh memilih, tidur atau makan ?. Maka, sebagian besar kita memilih melanjutkan tidur. 

Namun, beda ketika Ramadhan. Waktu ini adalah saat yang dinanti bahkan dijaga oleh umat muslim.

Sebagian besar dari kita memilih menunggu serta menyempatkan diri santap sahur, menikmati makanan meski sedikit walapun dalam kondisi ngantuk sekalipun.

Dorongan keberkahan yang dijanjikan Allah Swt, memotivasi umat muslim menyempatkan diri bangun tengah malam bersantap sahur meskipun, dengan sebutir kurma dan segelas air putih. 

"Makan sahurlah kalian, karena didalamnya terdapat keberkahan", demikian sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Janji “keberkahan” ini didukung oleh sorak sorai suara ajakan bangun santap sahur disertai sholawat serta bacaan Al Qur’an dari toa dan corong masjid, mushola dan langgar-langgar setiap dusun dan desa, menambah semangat umat muslim untuk tidak ketinggalan menjemput keberkahan dalam nikmatnya santap sahur. 

Kini moment ini berlalu dan beranjak pergi. 
Bau bumbu makanan sore hari tidak kita temukan lagi. Jejeran penjual es beraneka bentuk tak lagi berjejer dipinggir jalan. Penjual takjil tak nampak lagi. 

Pergerakan ekonomi warga di sore hari mulai meredup. Sahut menyahut suara toa membangunkan sahur tak lagi terdengar. Orang-orang kembali lelap dalam tidur.

Ramadhan beranjak pergi meninggalkan kita, kenikmatan dan keberkahan di dua waktu tak dijumpai lagi.  Takbir berkumandang pertanda syawal tiba. Waktu-waktu berkesan ini tak lagi dilakoni.

Semoga Allah memanjangkan umur kita, dan diberikan kesempatan mengulang moment penuh kebaikan, nikmat, pahala dan keberkahan. 
Semoga amal dan ibadah puasa kita selama Ramadhan tahun ini diterima dan berdampak dengan terlahir sebagai hamba yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi sesama.

Wallohualam bishowab 
Minal aidin Walfaizin
Mohon maaf lahir dan batin


*Penulis: Jayadi Nusantara
(Embung Pas. 30 Ramadhan 1446 H)
×
Berita Terbaru Update