![]() |
Acara Peringatan Mal Mal Pituq Likur sebagai rangkaian penutupan kegiatan Ngaji Budaya Bajang di Bulan Ramadhan Institute Elkatarie |
SELAPARANGNEWS.COM - Ngaji Budaya Bajang (Nabubujang) yang digelar Institute Elkatarie Lombok Timur pada bulan Ramadhan tahun ini ditutup dengan peringatan Mal Mal Pituq Likur. Istilah tersebut merupakan bahasa Sasak Lombok yang berarti malam ke 27 Ramadhan.
Penutupan Ngabubujang yang berlangsung Rabu, 26 Maret 2025 ini dihadiri salah satu Guru Besar Universitas Mataram, yaitu Prof. Dr. Ir. Bulkaini yang membawakan materi Revitalisasi Penelitian Budaya Dalam Menyongsong Generasi Emas 2045.
Kegiatan yang dirangkai dengan Buka Puasa Bersama tersebut dihadiri segenap Civitas Akademika Institute Elkatarie, mulai dari Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Kaprodi, Dosen hingga Mahasiswa dan Mahasiswi.
Rektor Institute Elkatarie, Dr. Asbullah Muslim, S.Fil.I., M.Pd., menyampaikan bahwa Ngabubujang merupakan kegiatan yang digelar secara konsisten setiap bulan Ramadhan sejak tahun 2020. Untuk Ramadhan tahun ini, kata dia, kegiatan ngaji budaya itu dimulai sejak tanggal 5 hingga 26 Ramadhan kemarin.
Di Institute Elkatarie, jelas Dr. Asbullah Muslim, perkuliahan secara reguler ditiadakan di bulan Ramadhan, diganti dengan kegiatan ngaji budaya dengan berbagai tema bersama para pemateri yang didatangkan dari berbagai lembaga pendidikan di NTB.
"Kami memulai kegiatan ngaji budaya ini sejak tahun 2020, dan alhamdulillah tidak pernah bolong, rutin kami lakukan setiap bulan Ramadhan," jelasnya.
Setelah itu nantinya, lanjut Dr. Asbullah, di tiap akhir tahun, Institute Elkatarie juga akan melanjutkan kajian budaya ini dengan menggelar seminar Sasakologi (Ilmu Kesasakan -red). Selain itu, kajian Budaya Institute Elkatarie tersebut akan coba diadaptasi dengan menggelar konferensi Sasakologi di Kabupaten Lombok Timur.
"Mungkin nanti ini akan menjadi konferensi pertama Sasakologi di Lombok Timur," sebutnya.
Dr. Asbullah Muslim menjelaskan bahwa Institute Elkatarie sangat konsen dengan budaya karena memang visi-misi lembaga ini ialah mengintegrasikan nilai Budaya Sasak dengan nilai-nilai Agama IsIam. Bahkan salah satu Mata Kuliah Wajib di Institute Elkatarie adalah Baca Tulis Bahasa Sasak.
Sasakologi,lanjut Dr. Asbullah, merupakan ciri khas Kampus Institut Elkatarie yang menjadi pembeda dengan kampus-kampus lainnya. Sasakologi diharapakan menjadi jargon Institut Elkatarie sekaligus untuk menunjang visi-misi kampus dalam menumbuh kembangkan budaya lokal dan mengintegrasikannya dengan sifat keislaman.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. H. Bulkaini selaku pemateri menjelaskan beberapa hal penting seputar penelitian budaya. Penelitian budaya, kata dia, termasuk dalam rumpun ilmu sosial yang cepat mengalami perubahan.
Karena itu, Ia mengatakan bahwa dalam melakukan penelitian hendaknya memperhatikan kebaruan dari objek yang akan diteliti, termasuk dengan referensi yang akan digunakan.
Prof. Bulkaini juga menyinggung acara penutupan Ngabubujang Institute Elkatarie yang diselenggarakan di malam ke 27 Ramadhan. Menurutnya, Mal-Mal Pituq Likur adalah filosofi menjemput malam Lailatul Qadar yang banyak dinanti orang Islam di seluruh dunia.
"Ini memang merupakan khas dari Institut Elkatarie. Semoga di momen ini Elkatarie ini menjadi pusat pengembangan kajian budaya di Lombok," pungkasnya. (Yns)